Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Mandiri Kian Diminati

Kompas.com - 19/03/2009, 10:35 WIB

 

Bandung, Kompas - Jalur seleksi mandiri di perguruan tinggi negeri semakin diminati calon mahasiswa dari tahun ke tahun meskipun biayanya tidak murah, bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Biaya ini pun cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Di Institut Teknologi Bandung, misalnya, seperti diungkapkan Wakil Rektor Bidang Akademik ITB Adang Surahman, Rabu (18/3), jumlah peminat jalur khusus atau disebut Penelusuran Minat Bakat dan Potensi (PMBP) ITB tahun ini meningkat 20 persen daripada tahun sebelumnya. Jumlah pendaftar PMBP daerah saat ini adalah 6.500 orang, sedangkan sebelumnya 5.800 orang.

Tingkat keketatan seleksinya pun meningkat, termasuk di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), yang di dalamnya terdapat Program Studi Geodesi. "Di FITB ini tingkat keketatan malah naik 70 persen," ujarnya menepis kekhawatiran terhadap berpengaruhnya kasus kematian Dwiyanto Wisnu Nugroho, mahasiswa Geodesi ITB, seusai mengikuti ospek ilegal di kampus ini beberapa waktu lalu.

Di jalur PMBP biaya yang ditawarkan beragam. Untuk PMBP daerah, biaya sumbangan dana pengembangan akademik (SDPA) minimum Rp 55 juta. Biaya ini naik Rp 10 juta dari tahun-tahun sebelumnya. Adapun melalui Ujian Saringan Masuk terpusat, di luar program studi tertentu, biaya minimalnya Rp 25 juta. Ia membenarkan, tidak jarang orangtua mahasiswa membayar lebih dari ambang batas SDPA ini hingga ratusan juta rupiah.

Namun, ia mengatakan, besar sumbangan tidak lantas menjadi jaminan peserta bisa lulus tes. "Di ITB pernah ada orangtua yang memasukkan dua putranya sekaligus dan bersedia bayar masing-masing Rp 550 juta, tetapi yang satu tidak diterima," katanya. Meskipun jumlah peminat PMBP meningkat dan kesempatan mendapatkan dana tambahan lebih besar, menurut dia, ITB tidak akan menambah kuota. Rencananya kuota jalur khusus ini hanya 55 persen, sementara sisanya dari jalur seleksi nasional.

Tren kenaikan minat terhadap jalur seleksi mandiri juga terjadi di Universitas Padjadjaran. Menurut Wakil Ketua Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP) Mien Hidayat, pendaftar SMUP tiap tahun meningkat hingga 30 persen. Tahun 2008, misalnya, pendaftar mencapai 13.000 orang. Adapun pendaftar tahun sebelumnya 10.000 orang. Padahal, jumlah yang diterima hanya 3.100 orang. Untuk jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, kuotanya lebih banyak, yaitu 3.800 orang.

PMDK

Pembantu Rektor I Bidang Akademik Unpad Husein H Bahti mengatakan, tahun ini Unpad melakukan integrasi SMUP, yaitu mencakup program sarjana dan pascasarjana. Pendaftaran juga dibuka secara online, khususnya di wilayah Bandung dan sekitarnya. Namun, berbeda dengan kampus-kampus lain, penerimaan mahasiswa baru di Unpad tidak melalui jalur nonseleksi, misalnya Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).

"Sebab, dari hasil evaluasi dan pengalaman, anak-anak PMDK tidak se-fight yang lain. Mereka sulit survive," kata Benito AK, Koordinator SMUP S-3 Unpad. Kondisi berbeda justru terjadi di Universitas Pendidikan Indonesia. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI Chaedar Alwasilah, peminat PMDK di UPI tahun ini membeludak, yaitu mencapai 12.000 orang.

"Minat masyarakat menjadi guru semakin tinggi," ujarnya saat ditanya penyebab melonjaknya pendaftar PMDK ini. Sebelumnya, pendaftar PMDK sebanyak 8.000-9.000 orang. Khusus jalur mandiri, Ujian Masuk UPI, dana yang dibutuhkan untuk masuk UPI jauh lebih kecil daripada PTN lain. "Paling mahal di kami Rp 15 juta dengan fasilitas gedung baru," katanya. (jon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com