Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prestasi Membanggakan dari SD "Mewah" (Mepet Sawah)

Kompas.com - 21/06/2009, 16:26 WIB

WATES, KOMPAS.com - Kegembiraan menyelimuti SDN 1 Panjatan, Kulon Progo, akhir pekan lalu. Sebuah prestasi yang luar biasa telah membayar lunas segala bentuk kerja keras yang dilakukan siswa dan guru selama satu tahun terakhir.

SDN 1 Panjatan memang patut diacungi jempol. Bagaimana tidak? Di penghujung tahun ajaran 2008/2009, sekolah dasar yang berada di Desa Panjatan, Kecamatan Panjatan, sekitar 35 kilometer arah barat daya Kota Yogyakarta itu, berhasil unggul dalam perolehan nilai ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) se- DIY.

Lebih membanggakan lagi, lanjut Kepala SDN 1 Panjatan Jumari , prestasi ini berhasil dipertahankan selama tiga tahun berturut-turut. Sebanyak 24 siswa kelas VI yang menempuh UASBN, Mei lalu, pun dinyatakan lulus dengan predikat amat memuaskan.

Rata-rata akumulasi nilai UASBN siswa SDN 1 Panjatan adalah 28,51, atau sekitar 9,50 untuk tiap mata pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jika dirinci, rata-rata perolehan nilai Bahasa Indonesia adalah 8,88, kemudian Matematika 9,71, dan Ilmu Pengetahuan Alam 9,92.

Lantas bagaimana SDN 1 Panjatan dapat sukses membimbing anak didiknya meraih nilai ujian terbaik? Apabila dibandingkan dengan sekolah -sekolah lain, SDN 1 Panjatan bisa dikatakan tertinggal. Sekolah yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda itu hanya terdiri dari bangunan-bangunan dasar: ruang kelas, ruang guru, dan perpustakaan sekaligus ruang komputer.

Sekolah ini pun sedikit sulit diakses karena tidak berada di tepi jalan raya. Bahkan, sebagian orang menjuluki SDN 1 Panjatan sebagai sekolah mewah, alias mepet sawah. Untuk dapat pergi ke sekolah, mayoritas siswa berjalan kaki atau bersepeda.

"Kami menyadari segala keterbatasan sarana dan prasarana ini. Akan tetapi, sesungguhnya hal itu bukan menjadi alasan bagi kami untuk tidak berprestasi. Kami masih memiliki kreativitas," ujar Jumari saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (20/6).

Sejak tahun ajaran 2006/2007, SDN 1 Panjatan memandang UASBN sebagai tantangan. Persiapan pun dilakukan selama setahun penuh, dimulai sejak seminggu terakh ir masa liburan kenaikan kelas yang dimanfaatkan sebagai ajang matrikulasi siswa.

Dijelaskan guru kelas VI Haryana, pada masa matrikulasi itu ia melakukan pemetaan kemampuan siswa dalam berbagai bidang mata pelajaran. Setelah itu, dilakukan pembinaan intensif agar semua siswa memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan akademis seragam. Matrikulasi dilakukan seizin orangtua dan wali siswa.

"Ini bukan perkara mudah. Kadang ada satu atau dua siswa yang sulit mengikuti kemampuan siswa lain, atau justru sebaliknya ada beberapa siswa yang terlalu menonjol, sehingga semuanya mendapat penanganan yang berbeda selama seminggu penuh," kata Haryana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com