Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joki Tergiur Rp 30 Juta, Kuliah Pun Sirna...

Kompas.com - 23/07/2009, 10:51 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — IS (18) menuruni tangga dengan langkah gontai begitu keluar dari ruangan sidang. Sesekali tangan kirinya meremas dada sebelah kanannya, seolah menahan sesak yang luar biasa.

Rekomendasi yang dikeluarkan dari kampus yang dihasilkan oleh Komisi Penegakan Norma Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB) terhadap dirinya dan 10 rekannya pada sore hari itu mungkin terasa sangat berat baginya.

IS, mahasiswa Teknik Kimia ITB ini, adalah satu dari 14 mahasiswa ITB yang terlibat dalam sindikat perjokian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dia tertangkap basah saat melakukan tindakan tidak terpuji ini di Makassar, Sulawesi Selatan, awal Juli 2009 lalu.

Namun, tidak ada yang menyangka mereka mampu berbuat nekat, terlibat dalam sindikat perjokian. Perawakan mereka bersahaja, bahkan lugu. IS misalnya, perawakannya lebih mirip dikatakan siswa baru SMA ketimbang mahasiswa. Tingginya hanya 155 sentimeter, tubuhnya kurus, mengenakan kemeja biru sederhana dan celana gunung berwarna krem.

”Jujur, saat bertemu, sekilas saya tidak percaya dia adalah salah satu pelaku (perjokian). Wajahnya sungguh lugu dan juga polos,” ucap Nanang T Puspito, Ketua Komisi Penegakan Norma Kemahasiswaan ITB.

Dari 14 mahasiswa ITB yang terlibat perjokian, 11 mahasiswa direkomendasikan dikeluarkan dan tiga lainnya mendapat sanksi skorsing. Semua mahasiswa yang terlibat perjokian ini usianya masih sangat muda, 18-20 tahun. Di kampus, mereka rata-rata masih kuliah di tingkat satu dan dua.

Mayoritas dari mereka pun memiliki prestasi akademis cemerlang, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,00 (dari nilai maksimal 4,00). Bahkan, IPK IS mencapai 3,83. Capaian yang tergolong langka di Teknik Kimia ITB. Kantor Wakil Rektor Kemahasiswaan ITB mencatat, mahasiswa asal Makassar ini bahkan pernah juara di olimpiade kimia tingkat nasional ketika SMA.

Lantas, apa yang menyebabkan mereka berani menantang risiko besar dengan ikut perjokian ini?

”Mayoritas menjual kemiskinan,” ungkap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ITB Widyo Nugroho.

Ia mengakui, mayoritas pelaku perjokian ini berasal dari kalangan menengah ke bawah. Orangtua mereka mayoritas pegawai negeri sipil berpenghasilan Rp 2,5 juta-Rp 4 juta sebulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com