Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

267 Sekolah, 100 Persen Siswa Tak Lulus

Kompas.com - 28/04/2010, 12:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 267 SMA/MA/SMK yang terdiri atas 51 sekolah negeri dan 216 sekolah swasta, 100 persen siswanya tidak lulus ujian nasional 2010. Jumlah siswa yang tak lulus dan harus mengikuti UN ulang itu mencapai 7.648 orang. UN 2010 diikuti 16.467 SMA/MA/SMK di seluruh Tanah Air.

Sebaliknya, terdapat 5.795 sekolah (35,17 persen) yang semua siswanya (418.855) lulus. "Data-data ini menunjukkan tidak ada pilih kasih antara sekolah negeri dan swasta. Semua sama," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam jumpa pers Mengevaluasi UN 2010, Selasa (27/4/2010) di Jakarta.

Analisis hasil ujian nasional (UN) menunjukkan, sebagian besar sekolah yang tingkat ketidaklulusannya 100 persen itu adalah sekolah dengan jumlah siswa paling banyak 181 siswa, yakni di SMA Negeri Atinggola, Gorontalo. Untuk menangani sekolah-sekolah dengan tingkat ketidaklulusan 100 persen, ungkap Nuh, akan ada intervensi kebijakan setelah diketahui titik masalah yang menjadi kelemahan sekolah tersebut.

"Kami akan melihat kondisi dan kualitas guru, serta fasilitasnya. Kami akan petakan. Masing- masing sekolah akan ditangani berbeda-beda karena masalahnya juga berbeda-beda," kata Nuh.

Pemerintah tidak akan memberi sanksi kepada 267 sekolah itu, tetapi akan dibantu untuk diperkuat karena kemampuannya yang terbatas. Namun, untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah siswa tidak lulus UN pada tahun depan, pemerintah akan memperketat aturan atau ketentuan pendirian sekolah baru.

"Sekolah yang sudah ada akan diperkuat. Jangan bereksperimen dengan mendirikan sekolah baru dan tambah murid karena bisa-bisa nanti tambah banyak jumlah siswa yang harus mengulang UN," kata Nuh.

Bobotnya sama besar

Di Bandung, Jawa Barat, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal menegaskan, hasil UN susulan sama bobotnya dengan UN tahap pertama. Oleh karena itu, siswa tidak perlu berkecil hati dan bersedih bila harus mengikuti UN susulan.

"Saya jamin tidak ada pembedaan antara lulusan UN dengan lulusan UN susulan. Bobot keduanya sama besar," ujar Fasli Djalal.

Oleh karena itu, Fasli mengharapkan sekolah, guru, dan keluarga memfasilitasi UN susulan ini agar bisa berjalan baik, di antaranya, membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi UN ulang pada 10-14 Mei. Khusus pada pihak sekolah, Fasli mengharapkan mereka proaktif mencari informasi di dinas pendidikan setempat tentang pelaksanaan UN susulan.

Psikolog Universitas Airlangga Surabaya, Duta Nurdibyanandaru, mengatakan bahwa para murid yang tidak lulus UN harus diberi motivasi agar tidak gugup dalam mengikuti UN susulan.

"Mereka tidak dipersiapkan gagal. Karena itu, ketika gagal, wajar jika mereka mengalami guncangan," ujarnya.

Orangtua tidak selayaknya menyalahkan. Sebaliknya, kehadiran teman-teman yang lulus dan dorongan keluarga sangat membantu memulihkan semangat dan motivasi mereka. (LUK/CHE/RAZ/ANO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com