Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 27 RSBI Akan Dievaluasi

Kompas.com - 14/05/2010, 15:46 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah akan mengevaluasi sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional atau RSBI yang tingkat kelulusan siswanya pada ujian nasional tidak 100 persen. Hal ini penting karena tingkat kelulusan UN merupakan salah satu indikator suatu sekolah untuk menjadi RSBI.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Jateng, dari 66 SMP RSBI di Jateng, ada 27 SMP yang tingkat kelulusannya tidak 100 persen. Kebanyakan SMP hanya memiliki 1-2 siswa yang tidak lulus. Namun, ada juga beberapa SMP RSBI yang memiliki lebih dari 10 siswa tidak lulus UN, seperti SMPN 3 Cepu (11 siswa), SMPN 2 Jepara (17 siswa), dan SMP Swasta Al Islam Surakarta (24 siswa).

"Sekolah memiliki waktu enam tahun untuk memenuhi berbagai indikator RSBI. Jika tetap tidak terpenuhi, maka status bisa diturunkan," kata Nurhadi di Semarang, Rabu (12/5).

Dari 100 besar SMP yang memiliki tingkat kelulusan UN tertinggi di Jateng, hanya 44 yang RSBI. Sedangkan 22 SMP RSBI lainnya di luar peringkat 100. Bahkan, peringkat beberapa SMP RSBI di atas 500 besar, seperti SMPN 3 Cepu (843), SMPN 2 Jepara (942), dan SMPN 2 Boyolali (1.272).

Meskipun demikian, kata Nurhadi, sekolah RSBI lainnya tetap memiliki prestasi yang membanggakan dengan menduduki peringkat teratas dalam kelulusan UN SMP tahun ini seperti, SMPN 1 Magelang (peringkat I) dengan rata-rata nilai 36,88, SMPN 2 Semarang (peringkat III) dengan rata-rata nilai 36,55, SMPN 9 Semarang (peringkat IV) dengan nilai 36,28, dan SMPN 1 Karanganyar (peringkat V) dengan nilai 36,14.

Kepala SMPN 5 Semarang Suharto, Rabu (12/5), mengakui, siswa yang masuk sekolah RSBI tidak dijamin lulus UN meski seleksi masuk RSBI ketat. Pola pembelajaran dan kecerdasan akademis siswa bukan menjadi hal utama yang memengaruhi kelulusan siswa, karena keluarga dan lingkungan siswa juga berperan penting.

Di SMPN 5 Semarang yang juga berstatus RSBI, terdapat empat siswa yang tidak lulus UN dari total 315 peserta. "Siswa tidak bisa disalahkan karena ketidaklulusan itu banyak faktornya," katanya.

Menurut Suharto, empat siswa kelas IX yang tidak lulus UN di sekolahnya tidak terkait status RSBI yang disandang sekolahnya karena SMPN 5 Semarang baru dua tahun terakhir berstatus RSBI. "Siswa tersebut masih mendapatkan pola pembelajaran layaknya di sekolah reguler," katanya.

Perlengkapan peralatan

Di Banyumas, pegiat Forum Interaksi Guru Banyumas, Agus Wahyudi, Selasa (11/5), mengatakan, masih adanya siswa SMP RSBI yang tak lulus UN menunjukkan pelaksanaan program RSBI berjalan diluar hakikatnya. Hampir sebagian besar sekolah yang menerapkan RSBI masih mengedepankan perlengkapan peralatan dibandingkan peningkatan kualitas guru, sehingga biaya pendidikan menjadi mahal.

"Bagaimanapun di dalam pendidikan, guru tetap memegang peranan penting meskipun sarana pendidikan yang ada tidak lengkap," katanya.

Menurut Agus, pada hakikatnya RSBI tak lain adalah proses bagi sekolah menuju sekolah berstandar internasional. Dalam hal ini, bukan lagi menitikberatkan pada kemampuan berbahasa Inggris, tetapi juga sistem pengelolaan sekolah yang berstandar internasional. "Oleh karena itu, guru memiliki peranan yang cukup penting," katanya.

Belajar dari keberhasilan SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, dalam mengantarkan anak didiknya ke jenjang kelulusan pada UN, kata Agus, tampak sekali peranan guru cukup dominan. Pemerintah harus meninjau program RSBI. (ILO/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com