Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: RSBI Itu Cuma Proyek Pemerintah!

Kompas.com - 31/05/2010, 10:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan, latar belakang program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah berstandar internasional (SBI) adalah semata proyek sehingga pemerintah tetap kekeuh untuk menjalankan program tersebut.

Demikian dikatakan Koordinator ICW Bidang Pendidikan, Ade Irawan, di Jakarta, Senin (31/5/2010). Saat ini, kata Ade, ICW tengah melakukan penelitian mengenai perjalanan program RSBI/SBI di Indonesia.

"Kita tidak menampik bahwa keberadaan RSBI/SBI ini dikatakan sebagai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), tetapi kalau melihat latar belakangnya, sebetulnya RSBI/SBI ini hanya proyek pemerintah untuk cari uang," ujar Ade.

Seharusnya, kata Ade, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) RI melihat bahwa akibat proyek ini sangat berdampak buruk bagi jalannya pendidikan nasional. "Karena setelah ada aturan tidak boleh ambil uang dari orangtua murid, kini sekolah tetap bisa ambil uang dari orangtua. Pengawasannya tidak terkontrol dan yang miskin tak bisa sekolah di sekolah yang bagus," ujar Ade.

Akibatnya, berdasarkan temuan ICW saat ini, semakin banyak muncul sekolah-sekolah yang "mengaku-ngaku" RSBI. Dengan motif mencari uang memakai label RSBI tersebut, kata Ade, banyak orangtua murid yang tertipu.

"Karena sebetulnya dari sisi akademis keberadaan RSBI tidak jauh berbeda dengan yang lain, yang berbeda beda cuma fasilitas dan uang saja," ujar Ade.

Diberitakan sebelumnya, Mendiknas Mohammad Nuh mengisyaratkan bahwa RSBI tak akan ditutup. Meskipun demikian, keberadaannya akan dievaluasi agar bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat dan tidak bersifat eksklusif. Filosofinya, kita mendorong dulu sekolah yang berpotensi untuk itu karena penduduk kita sangat banyak, kalau diangkat bersama sulit.

Menurut Nuh, RSBI dan SBI merupakan amanat undang-undang dan harus ada di setiap provinsi. ”Filosofinya, kita mendorong dulu sekolah yang berpotensi untuk itu. Karena penduduk kita sangat banyak, kalau diangkat bersama sulit,” kata Nuh, seusai meresmikan Taman Bacaan dan Balai Belajar Bersama di City of Tomorrow Surabaya, Minggu (30/5/2010).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com