Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bahaya" di Balik Bahasa Pengantar

Kompas.com - 02/06/2010, 15:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan pada rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) dan sekolah berstandar internasional (SBI) sangat sering diartikan sebagai penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Padahal, pada tingkat sekolah dasar (SD), penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar sangat "berbahaya".

Demikian terungkap dalam beberapa catatan yang diambil oleh Kompas.com dari hasil penelitian Hywel Coleman, peneliti senior bidang pendidikan keguruan di University of Leeds, Inggris, selama kurun waktu 2009-2010. Hasil penelitian yang telah dibukukan dan diterbitkan oleh British Council Asia Tenggara berjudul Teaching other Subjects through English in Two Asian Nations: Teacher's Response to Globalisation ini sangat relevan dengan polemik yang mengiringi perjalanan sekolah-sekolah negeri di Indonesia yang berstatus RSBI dan SBI.

Idealnya, catat Hywel, anak harus melek huruf atau belajar membaca dan menulis melalui bahasa ibunya dulu, baru kemudian betul-betul diperkuat dengan bahasa Inggris.

"Jika anak tidak diberi kesempatan untuk menguasai konsep-konsep dasar melalui bahasa ibunya di tingkat SD maka dampak negatifnya akan terasa pada keberhasilannya dalam proses pendidikan selanjutnya," ujar Hywel.

Mengambil sampel penelitian di sekolah-sekolah negeri bertaraf internasional yang menggunakan konsep pengajaran bilingual di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia, Hywel mengungkapkan, tingkat "bahaya" di Indonesia paling memprihatinkan.

Di Korea Selatan, misalnya, Hywel mendapati fakta bahwa 100 persen keberhasilan anak belajar dilakukan melalui bahasa ibunya. Sementara di Thailand, keberhasilan tersebut mencatat angka sampai 50 persen. Indonesia menjadi negera terendah karena hanya mencapai angka 10 persen.

Menanggapi hal itu, pengamat pendidikan Antarina SF Amir mengatakan, institusi pendidikan yang menggunakan konsep dwibahasa (bilingual), yaitu antara bahasa ibu dan bahasa kedua (bahasa Inggris), tidak bisa secepat kilat diaplikasikan pada anak. Bagi sekolah-sekolah negeri yang menggunakan label internasional, tidak bisa seenaknya menggunakan metode bilingual tanpa dukungan sekolah serta kurikulum dan metode pengajaran yang tepat.

"Memang benar, menggunakan bahasa ibu lebih bagus karena kita juga tidak boleh mengabaikan bahasa ibu. Tetapi, jika menyandang sekolah internasional maka semestinya memakai bilingual. Tinggal bagaimana menerapkan konsep itu dengan baik," ujar Ketua High/Scope Indonesia ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terkini Lainnya

    Peserta yang Dicatut Fotonya oleh Joki di UTBK 2025 Tidak Didiskualifikasi

    Peserta yang Dicatut Fotonya oleh Joki di UTBK 2025 Tidak Didiskualifikasi

    Edu
    Peserta yang Pilih Kedokteran Terbanyak Gunakan Joki di UTBK SNBT 2025

    Peserta yang Pilih Kedokteran Terbanyak Gunakan Joki di UTBK SNBT 2025

    Edu
    PTN Buka Peluang untuk Mengecek Mahasiswa yang Gunakan Joki UTBK SNBT

    PTN Buka Peluang untuk Mengecek Mahasiswa yang Gunakan Joki UTBK SNBT

    Edu
    Diklaim Ada 1.800 Peserta, Kompetisi Puisi Mandarin Berbasis AI Selesai Digelar

    Diklaim Ada 1.800 Peserta, Kompetisi Puisi Mandarin Berbasis AI Selesai Digelar

    Edu
    Salah Tampilkan Foto Peserta UTBK Gunakan Joki, Panitia SNPMB: Kami Mohon Maaf

    Salah Tampilkan Foto Peserta UTBK Gunakan Joki, Panitia SNPMB: Kami Mohon Maaf

    Edu
    Materi Literasi Bahasa Indonesia Dikeluhkan Peserta UTBK SNBT 2025, Ini Penjelasan Panitia SNPMB

    Materi Literasi Bahasa Indonesia Dikeluhkan Peserta UTBK SNBT 2025, Ini Penjelasan Panitia SNPMB

    Edu
    Biaya Kuliah di UPH 2025/2026, Jurusan Kedokteran sampai Lulus Capai Rp 920 juta

    Biaya Kuliah di UPH 2025/2026, Jurusan Kedokteran sampai Lulus Capai Rp 920 juta

    Edu
    Survei KPK: Banyak Guru-Dosen Indonesia yang Terlambat hingga Bolos

    Survei KPK: Banyak Guru-Dosen Indonesia yang Terlambat hingga Bolos

    Edu
    Dugaan Kecurangan di 13 Pusat UTBK SNBT 2025, Ada 50 Peserta 10 Joki

    Dugaan Kecurangan di 13 Pusat UTBK SNBT 2025, Ada 50 Peserta 10 Joki

    Edu
    Panitia SNPMB: Kami Pastikan Soal UTBK SNBT 2025 Tidak Mungkin Bocor

    Panitia SNPMB: Kami Pastikan Soal UTBK SNBT 2025 Tidak Mungkin Bocor

    Edu
    Soal Kelanjutan Kampus Merdeka, MSIB hingga IISMA, Kemendikti: Berjalan, tapi...

    Soal Kelanjutan Kampus Merdeka, MSIB hingga IISMA, Kemendikti: Berjalan, tapi...

    Edu
    Rektor UP Dicopot, Penjabat Sementara Akan Dilantik Besok

    Rektor UP Dicopot, Penjabat Sementara Akan Dilantik Besok

    Edu
    Pro-Kontra Penyelenggaraan Wisuda, Boleh Selama Tak Berlebihan

    Pro-Kontra Penyelenggaraan Wisuda, Boleh Selama Tak Berlebihan

    Edu
    Mengapa Siswa Suka Menyontek? Mendikdasmen Mu'ti Ungkap Penyebabnya

    Mengapa Siswa Suka Menyontek? Mendikdasmen Mu'ti Ungkap Penyebabnya

    Edu
    Rektor UP Dicopot, Kampus Tuding Keterlibatan Oknum Yayasan dan Jajaran Internal

    Rektor UP Dicopot, Kampus Tuding Keterlibatan Oknum Yayasan dan Jajaran Internal

    Edu
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau