Jangan Ada Jual-Beli Buku di Sekolah

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekolah gratis seharusnya juga berlaku untuk buku pelajaran, yang gratis atau tidak diperjualbelikan di sekolah. Di sisi lain, meski sudah berjalan sejak dua tahun belakangan, pada praktiknya e-book sebagai pengganti buku-buku cetak pelajaran belum berjalan dengan semestinya. Pemerintah diminta mengevaluasi hal ini.

Demikian diungkapkan Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Setia Dharma Madjid kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (20/7/2010). "Karena kenyataannya di lapangan itu e-book masih menjadi kendala," kata Setia.

"Tidak sampai ke daerah. Meskipun sampai, itu juga e-book yang tipis, lalu ke manakah e-book yang tebal?” kata Setia.

Dia mengatakan, sejatinya e-book juga bisa diunduh. Namun, kenyataannya, Setia mengungkapkan, hal itu tidak bisa dilakukan.

"Kami berharap agar Mendiknas memerhatikan hal ini. Kami juga sudah membentuk tim untuk menilai pengadaan buku-buku pelajaran untuk ke depannya, apakah akan dicetak massal atau bagaimana," tutur Setia.

Di sisi lain, Setia menegaskan, buku-buku pelajaran tidak boleh diperjualbelikan di sekolah. "Tidak ada jual-beli buku di sekolah. Sekolah gratis, ya, buku juga gratis,” ungkap Setia.

Diberitakan sebelumnya, Selasa (20/7/2010), Ikapi tak lagi menangani penerbitan buku-buku pelajaran bagi siswa-siswi tingkat dasar dan menengah karena hak ciptanya sudah dibeli oleh pemerintah sehingga sekarang pemerintah yang menangani penerbitan buku-buku pelajaran itu dan menggantinya menjadi e-book.

E-book, singkatan dari electronic book atau buku elektronik, kata Setia, tidak lain adalah sebuah bentuk buku yang dapat dibuka secara elektronis melalui komputer.