Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

25 Persen PTS Buruk

Kompas.com - 09/08/2010, 04:12 WIB

Medan, Kompas - Sebanyak 25 persen dari 327 perguruan tinggi swasta atau PTS yang ada di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam berkualitas buruk. Hal itu menjadi salah satu faktor banyaknya calon mahasiswa yang memilih kuliah di perguruan tinggi negeri daripada di PTS.

”Masih ada rektor di sebuah PTS yang hanya lulusan strata 1 (S-1). Selain melanggar peraturan, hal itu menjadi indikasi buruknya kualitas PTS tersebut,” kata Ketua Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Sumut dan NAD Zainuddin di Medan, Minggu (8/8).

Dia menjelaskan, baru sekitar 35 persen PTS di Sumut dan NAD yang kualitasnya bagus, sementara 40 persen PTS berkualitas sedang. Itu berdasarkan kajian yang dilakukan Kopertis I Sumut dan NAD.

Ukuran bagus tidaknya sebuah PTS dilihat dari tiga faktor. Pertama, manajemen PTS. Rektor, direktur, dekan, dan dosen setidaknya telah mengantongi ijazah pascasarjana (S-2). Para dosen harus memiliki jabatan fungsional sebagai dosen, bukan asal orang yang bisa mengajar mahasiswa.

Kedua, kurikulum yang diajarkan kepada mahasiswa sesuai dengan kurikulum program studi. Hal ini dibarengi dengan proses belajar-mengajar secara tatap muka minimal lima kali dalam sepekan. Ketiga, kampus PTS harus memiliki ruang belajar, perpustakaan, dan laboratorium yang memadai.

”PTS yang buruk adalah PTS yang hanya memiliki dosen lulusan S-2 kurang dari 10 persen, fasilitas kampusnya tidak memadai, dan mahasiswanya hanya bertemu dosen seminggu sekali atau dua kali,” kata Zainuddin.

Kualitas PTS yang belum memenuhi standar itu, lanjut Zainuddin, memunculkan kesan bahwa PTS lebih buruk daripada PTN. Akibatnya, banyak orangtua dan calon mahasiswa berburu kursi di PTN. Untuk itu, Zainuddin mengusulkan agar PTS berbenah diri daripada sibuk memprotes sistem penerimaan mahasiswa baru di PTN.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Sumut Bahdin Tanjung mengeluhkan cara PTN menjaring mahasiswa baru. PTN-PTN itu membuka pendaftaran melalui berbagai jalur dan gelombang sehingga menyulitkan PTS untuk mendapatkan mahasiswa baru.

Dia mengusulkan agar PTN tidak terlalu berorientasi pada keuntungan materi dalam penerimaan mahasiswa baru. PTN sebaiknya fokus pada upaya peningkatan intelektual sivitas akademika kampus melalui penelitian dan penjaringan mahasiswa pascasarjana.

Direktur Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Hendarman mengungkapkan, banyak keluhan seperti keluhan Bahdi yang sampai ke Dirjen Dikti. (MHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com