Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerapan Sistem SKS Banyak Kendala

Kompas.com - 26/08/2010, 02:59 WIB

Jakarta, Kompas - Penerapan sistem satuan kredit semester atau SKS di tingkat SMP dan SMA sederajat menemui banyak kendala. Kendala paling besar adalah pemerintah mendorong sekolah untuk menerapkan sistem SKS, tetapi di sisi lain pemerintah tidak siap dengan konsekuensinya.

Demikian rangkuman pendapat sejumlah pemimpin sekolah di berbagai daerah mengenai kebijakan pemerintah untuk menerapkan sistem SKS di jenjang pendidikan SMP/SMA sederajat, Rabu (25/8).

Cara belajar SKS memungkinkan siswa menyelesaikan studi lebih cepat, yakni 4-5 semester dari yang idealnya 6 semester. Sebab, siswa dapat mengambil jumlah SKS sesuai dengan indeks prestasi yang diperoleh. Siswa juga bisa memperbaiki nilai yang belum memenuhi standar pada semester pendek semasa liburan sekolah.

Nursyamsuddin, Humas SMAN 78 Jakarta, mengatakan, siswa yang bisa tuntas selama lima semester bisa mencapai 40 persen.

Namun, siswa yang selesai pada semester ganjil itu tidak bisa dinyatakan lulus karena harus menunggu pelaksanaan ujian nasional (UN) yang hanya dilaksanakan pada semester genap.

SMAN 78 Jakarta yang berkategori rintisan sekolah bertaraf internasional ini merintis cara belajar SKS sejak 2007. Kelas-kelas yang ada di sekolah ini disesuaikan dengan mata pelajaran yang ada.

Siswa dinyatakan lulus jika telah menyelesaikan beban 116 SKS untuk 13 mata pelajaran. Namun, siswa yang lulus cepat ternyata sering menemui kendala saat mendaftar ke perguruan tinggi lewat jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) karena tidak semua perguruan tinggi memahami sistem SKS di SMA.

Firman Syah Noor, Wakil Manajemen Mutu dan Ketua Penyelenggara SKS SMAN 3 Bandung, mengatakan, kebijakan menerapkan sistem SKS semestinya diintegrasikan dengan pelaksanaan ujian nasional pada setiap akhir semester.

Menurut Firman, cara belajar SKS ini juga memberikan rasa keadilan kepada siswa. Tidak ada istilah naik kelas untuk siswa. Pada sistem paket, siswa yang tidak lulus di beberapa mata pelajaran harus mengulang seluruh pelajaran pada tahun berikutnya.

Hidayat, Kepala SMAN 10 Melati Samarinda, mengatakan, sistem SKS memacu siswa untuk menyelesaikan pendidikan, tetapi sarana penunjangnya pun harus siap. (ELN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com