Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Dosen Nakal, Evaluasi Dikaitkan Insentif

Kompas.com - 06/10/2010, 03:24 WIB

Makassar, Kompas - Untuk mengatasi masalah kinerja dosen yang kerap tidak hadir mengajar dan lebih sibuk dengan pekerjaan sampingan, sejumlah perguruan tinggi menerapkan evaluasi yang dikaitkan dengan tunjangan. Dosen hanya menerima tunjangan bila memenuhi syarat jam mengajar tertentu serta mengerjakan penelitian dan pengabdian masyarakat.

Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, Idrus Paturusi, Selasa (5/10), mengatakan, tunjangan kinerja diberikan sesuai dengan tingkat kehadiran dosen saat mengajar. Pihak rektorat juga meminta tanggapan mahasiswa dan unit pengawasan internal terkait dengan performa dosen.

”Rajin saja tidak cukup. Dosen juga harus memenuhi bobot penilaian yang ditetapkan, seperti rutin memberikan ujian dan memasukkan nilainya paling lambat satu minggu,” kata Idrus.

Hal senada disampaikan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Priyo Suprobo dan Wakil Rektor I Universitas Airlangga (Unair) Prof Achmad Syahrani.

Di Unair, menurut Syahrani, setiap dosen harus memenuhi evaluasi wajib mengajar penuh (EWMP). Dosen harus memenuhi jam kuliah, meneliti, dan melakukan pengabdian masyarakat. Tanpa memenuhi itu, dosen tidak menerima hak berupa tunjangan dan insentif. Sistem ini diterapkan dua tahun terakhir.

Adapun di ITS, sejak lima tahun lalu, menurut Suprobo, penilaian kinerja dosen dilakukan melalui evaluasi dari mahasiswa dan masukan dari rekan sejawat.

Mulai tahun ini, penilaian kinerja dikaitkan dengan besaran insentif yang diberikan. ”Harus diakui, itu (dosen tidak hadir karena lebih mementingkan proyek) terjadi. Kami mengingatkan supaya dosen mengganti waktu kuliah supaya mahasiswa tidak dirugikan. Kalau keterlaluan, dosen akan diberi surat peringatan,” ujar Suprobo.

Di Unhas, pihak rektorat memberi kesempatan para dosen untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi. Dari 1.800 dosen yang mengajar di 14 fakultas saat ini, sekitar 500 orang bergelar doktor dan 1.000 orang bergelar magister, sisanya S-1. ”Kami juga menyediakan fasilitas jaringan internet nirkabel di setiap fakultas untuk menciptakan proses belajar dan mengajar yang berkualitas,” kata Idrus.

Di ITS, sebagian besar dosen berjenjang pendidikan S-2. Namun, yang S-3 baru 240 orang dari target 350 orang. Jumlah guru besar masih sekitar 90 orang dari idealnya 250 orang.

Rektor Universitas Padjadjaran Bandung Ganjar Kurnia menyatakan, hingga akhir Agustus 2010 Unpad memiliki 1.910 dosen. Sebanyak 337 orang berpendidikan S-1, 189 pendidikan profesi (S-1 plus, misalnya notaris), 1.033 orang (S-2), dan 351 orang (S-3). Unpad memiliki 171 guru besar. Diharapkan tahun 2012 semua dosen minimal S-2 dengan menyekolahkan mereka di dalam dan luar negeri. Selain itu, dosen juga didorong meneliti dan menuliskan dalam jurnal nasional atau internasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com