Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Evaluasi RSBI Tidak Jelas

Kompas.com - 08/10/2010, 16:38 WIB

Surabaya, Kompas - Penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional di Jawa Timur tahun 2010 dinilai berjalan sesuai aturan. Meski demikian, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Harun tidak bisa menyebutkan detail hasil evaluasi penyelenggaraan RSBI.

"Setidaknya 90 persen (RSBI) sudah berjalan sesuai aturan. Parameternya kualitas guru, kepala sekolah, akreditasi, sarana dan prasarana, kurikulum, pembelajaran, manajemen, lulusan, dan kultur sekolah," tutur Harun kepada wartawan, Kamis (7/10) di Surabaya.

Ketika ditanya apa kekurangan dari 10 persen RSBI di Jawa Timur, Harun mengelak. Demikian pula ketika ditanya mengenai jumlah keseluruhan guru RSBI maupun jumlah guru RSBI yang sudah menyelesaikan studi S2. "Tidak bisa begitu. Itu justru masih dievaluasi. Orangnya masih di Batu," katanya.

Padahal, rapat evaluasi RSBI sudah dilakukan sejak Senin (4/10). Lagi pula, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh sudah menegaskan evaluasi RSBI secara menyeluruh dilakukan mulai Juli 2010. Diharapkan evaluasi rampung pada Agustus 2010 dan kebijakan baru terkait RSBI bisa dikeluarkan (Kompas, 19/7).

Bertahap

Tahun 2010 sudah terdapat 164 lembaga pendidikan yang berstatus RSBI di Jawa Timur. Jumlah itu terdiri atas enam SD, 66 SMP, 49 SMA, dan 43 SMA. Sekolah-sekolah itu mendapatkan status RSBI secara bertahap sejak 2006.

Untuk mempersiapkan sekolah-sekolah yang berstatus RSBI, menurut Harun, Pemerintah Provinsi Jatim sudah mengalokasikan sejumlah anggaran sejak 2008. Tahun itu disiapkan Rp 11 miliar untuk mengadakan peralatan teknologi informasi dan komunikasi di 113 lembaga RSBI.

Tahun selanjutnya dialokasikan Rp 11,3 miliar untuk program S2 linear 226 guru RSBI. Tahun 2010 alokasi ini masih sama baik jumlah maupun peruntukannya karena merupakan kelanjutan program S2 linear. Untuk 2011, direncanakan alokasi anggaran Rp 16 miliar untuk program S2 linear 320 guru pengajar RSBI.

Ketua Dewan Pendidikan Jatim Zainuddin Maliki menilai, program RSBI di Indonesia hanya berpusar pada peningkatan jenjang studi guru dan pengadaan sarana prasarana. Namun, iklim belajar yang membentuk lulusan dengan kualitas internasional tidak ada.

Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mencontohkan, di luar negeri jumlah mata pelajaran yang diambil siswa hanya tujuh sampai sembilan. Dengan jumlah itu saja, siswa dituntut sungguh-sungguh belajar. Di Indonesia, meskipun jumlah mata pelajaran jauh lebih banyak, sampai 14-15 mata pelajaran, pendalamannya tidak ada. Siswa pun terkesan santai dalam belajar. (INA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com