GORONTALO, KOMPAS.com — Kalangan pendidik diimbau untuk tidak perlu gelisah secara berlebihan terhadap merebaknya bahasa "alay" atau bahasa gaul di kalangan remaja masa kini. Bahasa "alay" tidak akan merusak bahasa Indonesia.
Demikian Suleman Bouti, pengamat linguistik dari Fakultas Sastra dan Bahasa Universitas Negeri Gorontalo (FSB UNG). Imbauan tersebut disampaikan terkait dengan peringatan bulan bahasa dan peringatan ke-82 Sumpah Pemuda, Jumat (29/10/2010).
"Bahasa alay yang kian banyak digunakan oleh generasi muda Indonesia ini hanya punya syarat mengancam dan merusak bahasa Indonesia jika digunakan pada media yang tidak pada tempatnya," ujan Suleman.
Sebaliknya, kata Suleman, jika hanya digunakan sebagai bahasa pergaulan, atau media-media baru yang memilih cara interaksi yang baru, seperti situs jejaring sosial Facebook atau Twitter, maka bahasa "alay" tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
"Biarkan bahasa gaul itu berinteraksi pada tempatnya, malah keberadaannya dapat memperkaya kajian para ahli linguistik," ujar Suleman, yang tengah menyusun disertasi dengan fokus penggunaan bahasa gaul di berbagai situs jaringan sosial.
Terkait dengan itu, lanjutnya, para linguis dan kalangan pendidik tidak perlu mengambil sikap berlebihan. "Bahasa Indonesia justru akan teruji dan berkembang sesuai zamannya, dengan adanya berbagai variasi bahasa di sekitarnya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.