Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modul Sudah Ada, Tinggal Pelaksanaan

Kompas.com - 03/11/2010, 19:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk mengurangi risiko bencana di daerah-daerah rawan bencana, pengetahuan pengurangan risiko bencana telah diintegrasikan ke dalam kurikulum. Harapannya, siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk menyelamatkan diri saat bencana bahkan bisa ikut mengurangi risiko bencana. Segala macam informasi mengenai pendidikan kesiapsiagaan bencana itu telah dituangkan dalam modul-modul yang disusun Kementerian Pendidikan Nasional, guru, dan lembaga-lembaga non pemerintah.

Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal ketika dihubungi, Rabu (3/11/2010). "Sejak enam bulan lalu sudah ada modul berbeda-beda untuk daerah rawan bencana, banjir, tsunami, gempa, letusan gunung berapi, kekeringan, dan kebakaran karena setiap daerah unik. Kini tinggal bagaimana pelaksanaan dan pemanfaatan modul-modul itu," ujarnya.

Di dalam modul-modul pendidikan kesiapsiagaan bencana itu, lanjut Fasli, juga diatur mengenai cara-cara melakukan sosialisasi tanggap bencana antara lain melalui poster dan brosur yang dipasang dan dibagikan di sekolah-sekolah. "Semua sudah dibuatkan dan tinggal diperbanyak saja," ujarnya.

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, Suyanto menambahkan modul-modul mengenai pengetahuan kesiapsiagaan bencana itu memang sudah ada tetapi informasi yang ada tidak terlalu rinci karena kondisi dan kebutuhan setiap daerah yang berbeda.

Meski demikian pengetahuan kesiapsiagaan bencana itu dinilai tidak perlu disusun menjadi mata pelajaran khusus tetapi cukup dimasukkan ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Geografi, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pendidikan kesiapsiagaan bencana diprioritaskan di Bengkulu, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.

Bantuan

Meski tengah terjadi bencana dan berada di tempat pengungsian, anak tetap berhak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, kata Fasli, di lokasi-lokasi pengungsian didirikan sekolah darurat dengan menggunakan tenda atau bangunan dengan bahan papan kayu yang bisa tahan selama 1 tahun.

"Tenda biasanya kurang nyaman. Karena itu biasanya kita buatkan dari kelas-kelas papan yang bisa tahan agak lama. Seiring dengan itu kita rehabilitasi atau rekonstruksi sekolah-sekolah yang rusak," kata Fasli.

Khusus untuk korban bencana tsunami di Mentawai, Fasli mengatakan Kemdiknas telah menyerahkan bantuan sebesar Rp 640 juta kepada pemerintah daerah Mentawai khusus untuk membangun kelas-kelas sementara bagi 10 SD (enam diantaranya rusak parah) dan 1 SMP. "Kami harap pembangunannya akan selesai pertengahan Desember," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com