Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Berkeras Pertahankan RSBI

Kompas.com - 11/11/2010, 05:30 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Meski masyarakat mengharapkan rintisan sekolah bertaraf internasional dihapus, pemerintah berkeras mempertahankannya. Kenyataannya, RSBI tidak memiliki konsep jelas, mutu pendidikan tidak meningkat, bahkan mendiskriminasi warga untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

”Setelah lima tahun (sebagai RSBI), kami evaluasi. Kalau tidak memenuhi syarat, nanti ditentukan apakah dilakukan pembinaan atau tindakan lain sebab sudah banyak anggaran yang keluar,” tutur Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Suyanto seusai membuka Indonesia Sains Festival dan Olimpiade Sastra Indonesia 2010 di Royal Plaza Surabaya, Rabu (10/11). Olimpiade sastra ini diikuti 40 peserta dari 10 provinsi.

Pemerintah berkeras tetap mengadakan RSBI sebagai persiapan sekolah menuju SBI dengan alasan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal, studi awal proyek RSBI/SBI oleh Koalisi Pendidikan merekomendasikan penghapusan RSBI. Koalisi yang terdiri atas serikat guru dari berbagai wilayah, aliansi orangtua peduli pendidikan, dan Indonesia Corruption Watch (ICW) ini juga menyebutkan pendidikan berbiaya besar RSBI hanya menghambat warga untuk mendapatkan pendidikan layak. (Kompas, Sabtu 6/11)

Dalam catatan ICW, setiap tahun pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan dana Rp 1,5 miliar untuk sebuah RSBI. Pungutan pun tinggi, berkisar Rp 400.000 per bulan, bahkan lebih. Ini belum termasuk biaya kurikulum yang dibeli dari lembaga asing maupun biaya belajar di luar negeri.

Kesulitan mengajar

Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof Muchlas Samani menambahkan, guru-guru RSBI kesulitan mengajar dalam bahasa Inggris karena memang tidak disiapkan. Akibatnya, mutu isi pelajaran merosot.

Menurut dia, semestinya mutu isi harus terjaga. Bahasa Inggris sah digunakan, meski Jepang dan Jerman tetap menggunakan bahasa mereka di sekolah dan kualitas bagus.

Label RSBI, menurut Muchlas, tidak penting. Justru yang lebih penting pengakuan dari sekolah luar negeri atas lulusan sekolah di Indonesia. Seperti lulusan Pondok Pesantren Gontor bisa langsung masuk Universitas Al Azhar di Mesir.

Meski setuju dengan RSBI, Muchlas mensyaratkan supaya standar ilmu yang diberikan guru harus bagus. Kedua, kemampuan bahasa Inggris guru harus mumpuni. (INA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com