Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oahhmm... Sejarah Bikin Siswa Ngantuk!

Kompas.com - 12/11/2010, 17:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Belajar Sejarah di kelas sering kali membuat siswa mudah bosan dan mengantuk. Hal itu terjadi karena proses pembelajarannya memakai metode menghafal.

Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Ratna Hapsarim mengatakan, ada beberapa cara agar pelajaran Sejarah tidak membosankan. Salah satunya, guru Sejarah harus bisa melihat perkembangan zaman siswa.

"Dengan begitu, metode pembelajaran yang disampaikan juga lebih modern dan guru juga harus banyak membaca. Terakhir, pelajaran Sejarah bisa diaplikasikan lewat kehidupan sehari-hari," ungkap Ratna ditemui di acara Diskusi Publik Nasional: Mengkaji Ulang Peranan Pendidikan Sejarah, Jumat (12/11/2010) di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Ratna mengatakan, pelajaran Sejarah tidak sekadar hafalan seperti menghafal nama pahlawan, peristiwa, atau tanggal-tanggal. Pelajaran Sejarah harus mampu diterima siswa dengan menggali sendiri informasi dari berbagai sumber, melakukan diskusi, dan mempresentasikan materi yang sudah dipelajari itu.

"Kurikulum Standar Kompetensi dan Isi harus lebih disederhanakan lagi sehingga materi yang disampaikan tidak padat. Guru juga harus pandai memilah-milah mana yang menjadi fokus untuk dipelajari siswa," imbuh guru Sejarah SMAN 6 Jakarta ini.

Lebih penting lagi, lanjut dia, guru tidak terjebak untuk menjelaskan semua sejarah yang ada. Saat ini, pemerintah berjanji kepada AGSI untuk memfasilitasi dan duduk bersama antara pusat kurikulum, AGSI, dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk membantu mengkaji seluruh kurikulum pendidikan Sejarah yang ada saat ini.

Sementara itu, Prof Susanto Zuhdi, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, mengatakan, guru harus pandai-pandai mengangkat dan menceritakan biografi tokoh. Dengan cara itulah siswa tidak akan bosan-bosannya belajar sejarah.

"Beri ilustrasi. Sejarah itu suatu proses perjalanan, tidak harus pelajari tokoh-tokoh politik atau tokoh besar saja," tandas Susanto.

"Bisa juga membuat film atau sinetron, kemudian dimasukkan unsur-unsur sejarahnya. Paling konkret mempelajari tokoh yang sudah ada dan benar-benar memperjuangkan bangsa," imbuh Susanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau