Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zakati, Belajar Berzakat ala Monopoli

Kompas.com - 16/11/2010, 11:04 WIB

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Dosen Universitas Lampung (Unila), Ageng Satnowo Repelianto, merancang sebuah permainan interaktif untuk anak-anak yang bisa memperkenalkan tentang kebiasaan berzakat dan sedekah. Permainan tersebut dirancang seperti permainan monopoli, namun dengan penambahan beberapa kotak dan aturan yang mengharuskan pemain untuk bersedekah dan berzakat.

Ageng menjelaskan, selain mengajarkan tentang kebiasaan berzakat dan sedekah, permainan itu juga memperkenalkan tentang pelajaran ekonomi secara mudah dan menyenangkan bagi anak-anak. Permainan tersebut dirancang pada 2006, dan saat ini sedang diurus masalah pematenannya di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM.

"Melalui permainan ini, di alam bawah sadar anak akan tertanam, bahwa orang yang menang adalah orang yang banyak berzakat, karena besaran zakat dan sedekah dijadikan bagian penilaian penentuan pemenang," ujar dosen di jurusan teknik elektro Fakultas Teknik Unila itu di Bandarlampung, Selasa (16/11/2010).

Secara umum, kata Ageng, permainan yang diberi nama Zakati ini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan permainan monopoli yang sudah terlebih dahulu dikenal masyarakat. Hanya, pada Zakati terdapat beberapa perbedaan yang mendasar.

"Yaitu, permainan ini tidak menggunakan dadu, tapi menggunakan kartu surat yang berisikan dua angka. Pemain tinggal memilih mau mengambil angka yang mana," terang Ageng.

Filosofi penggunaan kartu surat yang berisi dua angka itu, lanjut dia, adalah untuk mengajarkan bahwa hidup adalah pilihan. Selain itu, perbedaan lain yang mencolok adalah digunakan alat investasi lain selain uang kertas oleh pemain, yaitu emas, yang atas kehendak pemain bisa ditukarkan dengan nilai tertentu sesuai kurs yang berlaku dalam permainan.

Selanjutnya, tutur Ageng, apabila di kartu monopoli terdapat kartu "dana umum" dan "kesempatan", maka dalam permainan itu terdapat kartu "hati-hati kurs", yang akan selalu berubah apabila pemain menginjak kotak bertuliskan kata tersebut.

"Kurs yang digunakan berpatokan pada harga emas dan dolar," kata dia.

Pada akhir permainan, seluruh pemain akan dihitung hartanya dengan nilai dan skor tertentu. Namun, yang membedakan adalah penghitungan tambahan dalam permainan itu, yaitu besaran harta yang sudah disedekahkan dan dizakatkan, dengan nilai yang berlipat.

Ageng optimistis, apabila permainan itu diproduksi secara massal, dapat mendidik anak-anak tentang pentingnya kebiasaan zakat dan sedekah sejak usia dini.

"Mengajarkan kebiasaan berzakat dan sedekah dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan permainan tentunya akan lebih cepat terserap karena dilakukan dengan menyenangkan," kata dia.

Permainan itu sudah dibuat model percontohannya sebanyak 50 buah, dengan bantuan sebuah operator seluler dalam pembuatannya. Selain menunggu sertifikat paten dari HAKI Kementerian Hukum dan HAM, saat ini pihaknya sedang menunggu investor yang berminat untuk membuat permainan itu secara massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com