Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Lho Penyebab Dosen Enggan Meneliti..

Kompas.com - 10/12/2010, 08:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Lemahnya budaya meneliti, sarana-prasarana yang tak memadai, serta kebijakan pemerintah yang kurang mendukung menyebabkan banyak dosen enggan meneliti. Untuk karier di perguruan tinggi, mereka lebih suka menyiasati angka kredit dari publikasi di jurnal nasional.

”Banyak dosen mengeluhkan tingginya beban mengajar sehingga tugas meneliti terabaikan,” kata Ketua Laboratorium Mikrobioteknologi Universitas Mataram Muhamad Ali saat dihubungi Kamis (9/12/2010).

Persaingan mendapatkan dana penelitian sangat ketat. Kebijakan pemerintah yang menekankan pada riset berbasis produk membuat dosen ilmu dasar sulit bersaing merebutkan dana yang terbatas.

Saat proposal penelitian disetujui, banyak dosen, khususnya di Indonesia timur, terkendala peralatan dan akses informasi ilmiah yang terbatas. Seusai meneliti, sebagian dosen memilih memublikasikan hasilnya di jurnal lokal intraperguruan tinggi atau jurnal nasional. Selain lebih mudah dan lebih cepat pemuatannya, angka kredit atau kum-nya tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dimuat jurnal internasional.

”Pembatasan maksimal dua publikasi per semester untuk setiap dosen justru menghambat penelitian,” ungkapnya.

Koordinator Penelitian Unit Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung Ahmad Faried mengatakan, di luar persoalan teknis meneliti, seperti menyusun proposal penelitian yang detail, peneliti masih dibebani hal- hal birokratis, seperti penyusunan laporan kemajuan penelitian dan pelaporan dana penelitian sesuai sistem keuangan negara.

”Muncul ketakutan di antara peneliti, uang penelitiannya sedikit, tapi pelaporannya rumit. Risikonya pun berat,” ujarnya. (ELN/MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com