Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkit dari Keterpurukan

Kompas.com - 14/12/2010, 10:25 WIB

KOMPAS.com — Pemandangan di sekolah itu memesona. Di barat berdiri Gunung Kengo, di utara menjulang Gunung Wongge, dan di bagian depan terbentang Laut Sawu. Sama sekali tidak terdengar deru suara motor, yang terdengar hanya gemuruh ombak dan desir angin.

Fasilitas sekolah itu sangat lengkap, mulai dari ruang kelas, laboratorium, sampai perpustakaan. Itulah SMP Katolik Frateran Ndao milik Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Usianya sudah 62 tahun. Sebelumnya merupakan Sekolah Lanjutan Ndao yang dibuka tahun 1925. Almarhum Frans Seda adalah salah satu alumnusnya.

Sekolah unggulan untuk SMA di Ende adalah SMAK Syuradikara. Didirikan pada 1 September 1953 oleh tarekat Katolik Serikat Sabda Allah (SVD). Semua lapangan olahraga tersedia, mulai dari basket, voli, sampai sepak bola. Aulanya berkapasitas 1.000 orang. Dengan disiplin ketat, tiap tahun sekolah ini meluluskan siswa 100 persen.

Pada tahun 2010 prestasi dua sekolah itu anjlok. Persentase kelulusan ujian nasional (UN) utama SMPK Frateran Ndao 32,65 persen dan SMAK Syuradikara 80 persen. Di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, di kawasan nelayan tradisional pemburu paus, ada SD Katolik Lamalera.

Sekolah ini berdiri tahun 1913. SD Katolik Lamalera hanya memiliki lima guru pegawai negeri sipil (PNS). Padahal, setidaknya perlu 10 pengajar. Kondisi itu berlangsung sejak tahun 2000-an. Meski sekolah sudah mengusulkan tambahan guru PNS ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO), hingga kini belum ada tambahan tenaga.

Sebelum 2005 persentase kelulusan siswa sulit mencapai 90 persen. Lalu pengelola sekolah memberlakukan kebijakan, sejak tahun ajaran baru, siswa kelas VI diberi tambahan jam belajar sore hari untuk menghadapi ujian akhir, yaitu hari Senin-Jumat pukul 16.30-17.00 dan 18.30-19.30. Guru tidak diberi tambahan honor karena keterbatasan anggaran.

Tahun 2006 dan 2007 persentase kelulusan 100 persen, tahun 2008 jadi 94,44 persen, tahun lalu 83,33 persen, dan tahun 2010 sekitar 90 persen. Januari 2010 pengelola SD Katolik Lamalera merekrut dua guru bantu dengan honor Rp 150.000 per orang. Honor diambil dari dana bantuan operasional sekolah.

Kepala Dinas PPO Kabupaten Lembata Alex Making menjelaskan, sekolah swasta di Lembata hampir tidak mempunyai guru. Guru yang mengajar umumnya guru PNS yang diperbantukan. Kebutuhan guru SD di Lembata, untuk 178 SD negeri dan swasta, sekitar 250 orang. Namun, tahun ini formasi tenaga guru hanya 48 orang. ”Untuk SDK Lamalera, kami merencanakan akan menempatkan tiga guru PNS lagi,” katanya.

Terpuruk

Hasil UN 2010 menempatkan Provinsi NTT di urutan terakhir dari 33 provinsi, di bawah Gorontalo dan Maluku. Data Dinas PPO NTT, dari total peserta UN SMA 35.185 siswa, yang lulus hanya 48,02 persen. Dari 11.616 siswa SMK, yang lulus 65,71 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com