Kepala Bidang Perencanaan dan Standardisasi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi DI Yogyakarta Baskara Aji mengatakan, ujian nasional (UN) pelajaran Agama Islam akan diselenggarakan di tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. ”Waktu ujian akan disesuaikan jadwal UN,” katanya, Selasa (14/12).
Diperkirakan, jumlah peserta UN Agama Islam mencapai 130.000 pelajar atau 90 persen dari jumlah pelajar SD sampai SMA/SMK di DIY. Selain agama Islam, belum ada rencana agama lain turut diujikan dalam UN. Ujian untuk agama-agama non-Islam masih akan dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu ujian akhir sekolah dengan soal yang dibuat masing-masing sekolah.
Menurut Baskara, UN Agama Islam dilaksanakan karena Kementerian Agama ingin memetakan daya serap pelajaran agama Islam di kalangan pelajar. Untuk itu, sejumlah daerah dipilih sebagai daerah pemetaan, salah satunya DI Yogyakarta. Tahun lalu, UN Agama Islam dilaksanakan di seluruh Bantul.
Karena dimaksudkan untuk pemetaan, hasil UN Agama Islam tidak mutlak menentukan kelulusan pelajar. Sekolah juga berhak menentukan batas minimal kelulusan UN Agama Islam.
Selain itu, nilai UN Agama Islam juga tidak dimaksudkan untuk keperluan mendaftar sekolah di jenjang yang lebih tinggi.
”Hasil UN Agama Islam ini akan terpisah dari lembar surat keterangan hasil ujian nasional yang biasa digunakan untuk mendaftar sekolah,” ucap Baskara.
Perlakuan sama
Terkait hal itu, Kepala SMA Negeri 10 Yogyakarta Timbul Mulyono mengatakan, apabila pelajaran agama menjadi salah satu mata uji, seharusnya semua agama diperlakukan sama. Penyelenggaraan UN hanya untuk satu agama saja dinilai tidak sejalan dengan keberagaman agama di Indonesia.
”Kalau satu diadakan, seharusnya semua juga ada meskipun muridnya hanya satu,” katanya.
Selain itu, penilaian agama tidak bisa dilakukan secara kognitif saja. Penilaian agama sangat berkaitan dengan perilaku sehari-hari. Penilaian secara teoritis saja dikhawatirkan mengurangi kemampuan pelajar mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Sampai saat ini, ujar Timbul, pihaknya belum menerima kepastian berlangsungnya UN Agama Islam. Padahal, masa penyelenggaraan UN sudah sangat dekat. (IRE)