Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Anak-anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 15/12/2010, 10:31 WIB

Oleh Kornelis Kewa Ama

KOMPAS.com - Perjalanan hidup Katharina Soehardi relatif unik. Semua yang dia kerjakan bisa dikatakan tanpa direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan dengan penuh dedikasi, pengorbanan, dan rasa syukur. Dia bertekad melakukan pengabdian sosial demi masa depan anak bangsa sampai akhir hidupnya.

Belakangan ini Katharina mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebanyak 26 anak berkebutuhan khusus ditampung di Panti Asuhan Bhakti Luhur Alma di Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Selain itu, masih ada 78 ABK lainnya yang berada di rumah keluarga masing-masing dan secara rutin dikunjungi Katharina.

Ketika ditemui di Panti Asuhan Bhakti Luhur Alma, November lalu, biarawati Katolik ini terlihat sangat sibuk. Ada banyak tugas menanti Katharina, seperti mencuci pakaian 26 anak panti, menyediakan makanan, menyetrika pakaian mereka, mengepel lantai, merawat tanaman di halaman panti, sampai membuat tahu dan tempe yang akan dijual anak asuhannya. Meski dibantu dua rekan biarawati dan delapan tenaga pendamping yang direkrut dari warga sekitar lokasi panti, mengatasi 26 anak dengan berbagai jenis kebutuhan khusus yang berbeda-beda bukanlah pekerjaan mudah.

Salah satu peristiwa yang sering terjadi adalah kunci-kunci kamar panti hilang mendadak, gagang pintu patah, atau kursi-kursi dan mainan anak-anak berserakan. Sarana dan fasilitas itu dirusak oleh anak-anak saat mereka sedang marah.

”Beginilah rutinitas kehidupan kami. Setiap kali kami merapikan ruangan, sebentar lagi berantakan di mana-mana. Meski sebagian dari mereka sudah berusia 13 tahun, masih membutuhkan waktu untuk proses penyadaran,” cerita Katharina.

Perempuan asal Blitar, Jawa Timur, ini menuturkan, semula dia tidak paham mengenai panggilan hidupnya. Pada 1980, Katharina tiba-tiba ingin bergabung dengan biarawati Katolik. Padahal, orangtua dan sanak keluarga Katharina menganut kepercayaan lain.

Setelah bergabung dalam biara induk Alma di Malang, dia lalu dipercaya merekrut remaja di Sumba untuk masuk Institut Pastoral Indonesia (IPI) Malang. Saat itu, perguruan tinggi yang mendidik guru agama Katolik tersebut kesulitan mendapatkan mahasiswa baru.

”Ternyata, di lapangan saya menemukan banyak anak-anak berkebutuhan khusus. Kenyataan ini lalu saya sampaikan kepada pimpinan biara di Malang. Akhirnya panti asuhan ini hadir (di Sumba) pada 1998,” katanya.

Katharina kemudian berjalan dari satu kampung ke kampung lain untuk mencari anak berkebutuhan khusus. Dia juga memberikan informasi melalui gereja setempat mengenai perawatan ABK di panti asuhan itu. Banyak anak berkebutuhan khusus ditemukan Katharina, sebagian lagi diantar langsung oleh orangtua mereka. Umumnya mereka berasal dari keluarga tak mampu. Jika anak-anak ini dibiarkan bersama orangtua masing-masing, mereka tidak akan tertolong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com