JAKARTA, KOMPAS.com — Kunci-kunci jawaban beredar di telepon seluler siswa peserta ujian nasional dalam beberapa hari terakhir hingga Senin (18/4/2011) pagi saat UN digelar. Namun, setelah dibekali dengan informasi bahwa tipe soal di dalam kelas berbeda-beda hingga lima tipe, siswa tidak berani mentah-mentah memercayai kunci jawaban UN dari nomor tak dikenal.
"Ada yang kirim jawaban ke handphone beberapa kali. Tetapi jawabannya beda-beda. Enggak mau percaya ah, nanti malah enggak lulus," kata Rizal, siswa kelas XII SMAN 79 Jakarta, seusai menyelesaikan UN Bahasa Indonesia.
Menurut Rizal, meskipun soal-soal UN Bahasa Indonesia, terutama wacana, agak sulit, ia tak mau sedikit pun memakai kunci jawaban yang dikirim di telepon selulernya.
"Kerjain saja sesuai kemampuan. Tadi bisa selesai semua," ujar Rizal.
Sementara itu, Rahmania, siswa lainnya, mengaku tetap deg-degan menghadapi UN hari pertama. Namun, dengan adanya pengakuan hasil belajar siswa, yakni nilai rapor dan nilai ujian akhir sekolah untuk kelulusan tahun ini, Rahmania merasa optimistis bisa lulus.
"Apalagi tadi, soal Bahasa Indonesia banyak seperti yang dibahas dalam latihan-latihan. Cukup optimistis, nilai Bahasa Indonesia bisa baik," kata Rahmania.
Kepala Sekolah SMAN 79 Maman Suwarman mengatakan, pada hari pertama ini semua siswa peserta UN yang berjumlah 224 orang hadir. Sejak awal sekolah menekankan kepada siswa supaya tetap percaya pada diri sendiri saat mengerjakan soal.
"Kami sosialisasikan kalau ada lima tipe soal di dalam setiap kelas. Tidak ada gunanya, mau mencoba mencontek atau percaya kunci jawaban dari sumber-sumber tidak jelas. Mudah-mudahan, siswa kami bisa melalui UN dengan jujur," kata Maman.
Maman menambahkan, pelaksanaan UN yang pertama kali mengakomodasi penilaian dari sekolah melegakan guru dan siswa.
"Rasanya, siswa dan guru agak lebih rileks dibandingkan tahun lalu. Setidaknya, siswa sudah punya amunisi awal 40 persennya nilai dari sekolah," kata Maman.
Menurut Maman, nilai-nilai rapor untuk SMA di Jakarta, terutama SMA negeri, sulit dikatrol. Sebab, sejak 2003, Dinas Pendidikan DKI Jakarta menerapkan sistem administrasi sekolah, yakni pelaporan data dan nilai sekolah secara online.
"Jadi, nilai-nilai siswa tidak bisa diubah, sesuai aslinya. Sekolah juga sejak awal selalu mematuhi standar ketuntasan minimal. Sekolah kami mematok nilai 7,5. Siswa yang belum bisa mencapai nilai minimal diremedial terus. Jadi, peserta UN sekarang minimal nilai rapornya 7,5," jelas Maman.
Pada pelaksanaan UN hari pertama ini, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal memantau jalannya UN di SMAN 79 Jakarta. Menurut Fasli, pemerintah menekankan sekolah, guru, maupun siswa untuk bisa melaksanakan UN dengan jujur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.