JAKARTA, KOMPAS.com — Hingga hari kedua pelaksanaan ujian nasional jenjang SMA/SMK sederajat, tim pengawas dari perguruan tinggi masih menemukan kecurangan di sejumlah sekolah. Tim pengawas menilai sejumlah sekolah itu kurang percaya diri pada kemampuan murid-muridnya.
"Akibatnya, guru membantu memberikan jawaban dan membiarkan muridnya mencontek di ruang ujian," kata Ketua Kepengawasan dan Pemindaian Ujian Nasional DKI Jakarta Soeprijanto, Rabu (20/4/2011) di Jakarta.
Kecurangan antara lain ditemukan di sekolah-sekolah yang masih menumpang di sekolah lain.
"Ditemukan kasus penggandaan kunci lemari penyimpanan naskah soal. Masih diselidiki apakah naskah soalnya juga bocor," kata Soeprijanto yang juga Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Jakarta.
Soeprijanto mengatakan, pengawasan masih dilakukan oleh perguruan tinggi karena berharap akan ada peningkatan mutu UN.
"Jika kejujuran dalam UN sudah ditegakkan, perguruan tinggi tidak perlu lagi menjadi pengawas UN," katanya.
Namun, jika kecurangan masih terjadi, berarti kualitas UN masih rendah. Jika ini dibiarkan berlanjut, perguruan tinggi belum bisa sepenuhnya percaya dan menerima UN sebagai "kunci masuk" ke PTN.
Soeprijanto mengakui, pengawas dari perguruan tinggi masih terbatas jumlahnya. Tahun ini dosen yang dilibatkan untuk melakukan pengawasan UN di DKI Jakarta mencapai 1.391 orang dan ditugaskan untuk melakukan pengawasan di rayon serta berbagai SMA dan SMK. (LUK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.