Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukupkah Pendidikan Kewarganegaraan?

Kompas.com - 06/05/2011, 10:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, saat ini penanaman ideologi Pancasila dapat diterapkan dalam mata pelajaran Kewarganegaraan. Namun, agar ideologi tersebut dapat berjalan maksimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah proses pembelajaran.

Arief, yang juga menjabat Duta UNESCO untuk Indonesia, menuturkan, dalam setiap proses pembelajaran harus meliputi tiga aspek, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (pengalaman). Begitu pula dengan penanaman ideologi Pancasila dalam pelajaran Kewarganegaraan. Ia menilai, ketika ketiga aspek tersebut tidak dijalankan secara seimbang, justru akan menjadi kelemahan dalam proses mengajar.

"Kelemahan proses pendidikan di Indonesia, pada umumnya, karena kita kuat di kognitif saja. Jadi, contohnya, ada anak tahu Pancasila itu apa, tetapi sikap dia tidak mencerminkan pengetahuan yang dia tahu itu," kata pria kelahiran Malang, 19 Juni 1942, ini, Kamis (5/5/2011).

Arief mengingatkan, gerakan Negara Islam Indonesia (NII) dan berbagai masalah lain dapat dengan mudah muncul ke permukaan jika hanya menekankan aspek kognitif dalam proses pembelajaran dan penerapan ideologi Pancasila.

"Salah satunya adalah mudahnya gerakan NII memasuki dunia pendidikan," ujar Arief.

Sebelumnya Arief juga mengatakan, bagian terpenting penanaman ideologi Pancasila di dunia pendidikan saat ini tidak hanya meliputi materi, tetapi juga sikap-sikap yang dibentuk dalam nilai Pancasila itu sendiri. Pasalnya, meskipun seorang anak diberikan mata pelajaran tersebut, belum tentu anak itu menjadi seorang pancasilais.

Arief menambahkan, ideologi Pancasila tetap relevan sampai kapan pun bagi bangsa Indonesia. Ia menilai, walaupun saat ini pelajaran Pancasila sudah tidak terdapat lagi dalam kurikulum, penanaman ideologi tersebut dapat secara langsung diterapkan dalam proses mengajar.

"Yang terpenting adalah mengaktualisasikan dalam contoh-contoh problematik saat ini, karena Pancasila tetap relevan," kata Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau