Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahasa "Alay", Masihkah pada Tempatnya?

Kompas.com - 18/05/2011, 18:00 WIB

Oleh Erwin Hutapea

KOMPAS.com — Seiring dengan majunya peradaban manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia, komunikasi menjadi salah satu penandanya. Berbagai cara manusia untuk berkomunikasi pada saat ini semakin canggih, yang didukung pula dengan penggunaan peralatan berteknologi mutakhir.

Dalam berkomunikasi, manusia memerlukan bahasa sebagai unsur penting. Sebab, dalam berbahasa itulah manusia bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, yang kemudian diutarakan, antara lain, dalam wujud tulisan.

Di Indonesia, terdapat bermacam ragam bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu karena, memang, negara ini terdiri dari beraneka suku bangsa di seluruh wilayahnya.

Banyaknya jenis bahasa daerah itu sudah dikenal dan dipraktikkan oleh penduduk Indonesia sejak dulu kala, jauh sejak sebelum Indonesia merdeka sampai saat ini. Namun, sangat disayangkan, ternyata tidak semua generasi muda bangsa ini berminat untuk mempelajari, apalagi melestarikan, bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahkan, mereka cenderung menggunakan bahasanya sendiri, yang sepertinya lebih asyik digunakan dalam dunia pergaulan anak muda, khususnya remaja.

Salah satu bahasa yang sering digunakan itu adalah bahasa "alay". Pemakaian bahasa ini bisa dijumpai dalam bentuk tulisan, karena dalam bentuk tulisanlah kita dapat melihat perbedaan bahasa alay ini dari bahasa sehari-hari yang sudah digunakan orang pada umumnya.

Kemunculan bahasa ini dalam beberapa tahun terakhir sepertinya cukup fenomenal. Banyak sekali remaja mempraktikkannya dalam berbagai sarana komunikasi yang menggunakan tulisan, misalnya dalam mengirim layanan pesan singkat (SMS) di telepon seluler, chatting di dunia maya, update status ataupun komentar di akun Facebook, juga dalam messenger antarpengguna ponsel.

Sebenarnya, apa itu bahasa alay?

Dalam keterangan yang didapat dari berbagai sumber disebutkan bahwa alay merupakan akronim dari "anak layangan". Tidak begitu jelas maksud atau arti layangan di sini. Namun, karena perilaku layangan yang ketika dimainkan harus ditarik dan diulur, kemudian dijadikan perumpamaan kepribadian remaja yang masih labil. Artinya, bisa berubah-ubah karena ada tarikan dari sana-sini sesuai dengan pengaruh di sekitarnya.

Kemunculan bahasa alay dalam beberapa tahun belakangan ini bisa dirasakan kehadirannya di kalangan remaja, khususnya di Jakarta. Berikut ini contoh perubahan penulisan huruf ataupun kata dalam bahasa alay:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau