Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Nilai UN Bahasa Indonesia Rendah?

Kompas.com - 08/06/2011, 08:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, ada beberapa hal yang memicu rendahnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam ujian nasional tahun 2011 ini. Pembelajaran Bahasa Indonesia, menurut Fasli, seyogianya dimulai dari bangku sekolah dasar. Ia menilai, banyaknya guru SD yang belum berjenjang pendidikan S-1 membuat kendala tersendiri dalam pembelajarannya.

"Bagaimana membuat pembelajaran Bahasa Indonesia itu menarik dan mampu merangsang minat baca, itulah tantangannya. Sebab, bahan bacaan tidak tersedia. Perpustakaan (terutama di SD) masih belum begitu berkembang. Kalaupun ada, apakah gurunya mau memfasilitasi? Karena merangsang minat baca, misalnya, dimulai dengan membacakan," kata Fasli, Selasa (7/6/2011) malam di Jakarta.

Setelah membaca, lanjut Fasli, para siswa hendaknya dibiarkan menulis satu atau dua paragraf. Namun, ungkapnya, ada masalah lain, yaitu adanya guru yang malas memeriksa tulisan para siswanya. "Masalahnya, tulisan tersebut harus diperiksa. Guru suka malas, akhirnya terjadi pendangkalan," ujarnya.

Menurut Fasli, belajar Bahasa Indonesia itu laiknya berolahraga. Selain dari hati, juga harus berangkat dari kesukaan. Semakin sering berlatih, akan semakin terampil. Begitupun sebaliknya, semua menjadi berat ketika sedikit saja kita tidak berlatih. "Belajar Bahasa Indonesia itu harus dari hati, harus rajin, karena ini seperti olahraga. Sekali dia tidak diasah, sedikit saja sudah berat. Tetapi, jika dia atlet, dia akan lahap terus, dia makin lapar dengan bahan bacaan. Biasanya dari membaca, dia punya ide untuk menulis. Walaupun tidak semua, minimal ada satu hal yang mau dia sampaikan," tutur Fasli.

Fasli menambahkan, "Kata Taufik Ismail, anak sekolah Indonesia rabun membaca, lumpuh menulis itu bisa kita kurangi. Kebiasaan membaca akan membuat daya tangkap lebih dalam dan terbiasa membaca cepat. Biasanya yang diuji adalah soal seperti itu. Sebuah artikel, dalam waktu pendek, harus dibaca, dipahami, dan kemudian dijawab. Jika dia jarang membaca, mudah sekali dia jatuh dan masalah utamanya adalah cara pengajaran mata pelajaran tersebut."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com