Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Lulus Seleksi, Kok Masuk Juga?

Kompas.com - 20/06/2011, 14:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Aliansi Orangtua Peduli Pendidikan Indonesia (APPI) bersama Indonesia Corruption Watch (ICW) membeberkan sejumlah kejanggalan yang terjadi dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil pemantauan ICW pada penyelenggaraan PPDB tingkat SMA RSBI Jakarta, ditemukan adanya calon murid yang tidak lulus pada tahap pertama, Namun tetap lulus di sekolah yang dituju.

Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri mengatakan, murid tersebut berinisial AAN dengan nomor pendaftaran 1103000800379.

"Dalam situs PPDB online Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta dinyatakan bahwa dia (AAN) tidak lulus seleksi akhir. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh, calon murid tersebut telah diterima di SMAN 8 Jakarta," kata Febri, dalam jumpa pers di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (20/6/2011).

Selain itu, sambung Febri, terdapat nama siswa yang ganda dalam daftar murid yang lolos seleksi. Calon murid tersebut berinisial NAA yang memiliki dua nomor pendaftaran 1103000800255 dan 1103000800012. Nomor pertama mendaftar pada 28 April 2011 dan nomor kedua mendaftar pada 26 April 2011.

"Meski memiliki dua nomor ganda, calon murid justru lulus tes pendidikan komputer, wawancara psikotes, TOEFL prediction dan sudah lapor diri ke SMAN 8 Jakarta. Hal ini menjadi aneh, dimana satu orang bisa melakukan tes secara bersamaan. Kami menyatakan bahwa PPDB online masih memiliki permasalahan. Dugaan bahwa PPDB online bisa dimanipulir atau memiliki kesalahan terbukti dari kasus tersebut," ujar Febri.

Sementara itu, Sekretaris APPI Jumono mengatakan, sistem PPDB online sangat membingungkan masyarakat, terutama bagi mereka yang belum terbiasa menggunakan internet. Selain itu, sambungnya, masyarakat juga terpaksa mengeluarkan biaya lebih karena harus mengakses internet dari warung internet (warnet).

"Hambatan administrasi tahun ini membuat warga semakin kesulitan, karena PPDB online belum tersosialisasikan dengan baik. Mereka kebingungan karena gagap internet. Di salah satu kampung di Klender, sebuah warnet dipenuhi orangtua yang ingin mengakses PPDB online. Alhasil jaringan internet di warnet tersebut menjadi terganggu. Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk ke warnet," kata Jumono.

"Menurut saya, PPDB online tidak ada kemajuan yang berarti sejak tahun lalu, malah mengalami kemunduran pada tahun ini," tegas Jumono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com