Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kita, Kisah Al, dan Ronggo Warsito

Kompas.com - 25/06/2011, 19:04 WIB

Oleh Hendrawarman Nasution

KOMPAS.com - Belum lagi hilang gaung pendidikan karakter yang dicanangkan sebagai tema utama Hari Pendidikan Nasional oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), dunia pendidikan kita sudah disodorkan fenomena buruk, yaitu berita-berita yang mengungkapkan kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN).

Di Jakarta, ketidakjujuran penyelenggaraan UN terungkap dengan adanya pengaduan seorang bocah yang tidak tahan diintimidasi untuk secara sengaja melakukan perbuatan tercela ini. Mirisnya, kecurangan yang sama juga terungkap di Surabaya, tepatnya di SDN Gadel 2, Surabaya, Jawa Timur.

Di sekolah ini, siswa pintar yang bernama Alif (Al) lagi-lagi dipaksa untuk membagikan jawaban kepada teman-temannya. Perbuatan memalukan ini dilakukan secara sistematis dan telah melalui gradi resik contek-menyontek. Dan, hal terparah yang membuat kita "harus" mengelus dada adalah klimaksnya, yaitu pengusiran keluarga dan orang tua Al dari desa tempat mereka tinggal.

Inikah hasil dan harga sebuah kejujuran? Inikah yang dinamakan pendidikan karakter bangsa ini?

Kalau jawabannya, "ya", maka terawang Raden Ngabehi Rangga Warsita (baca: Ronggo Warsito) dalam Serat Kalatida, yang mengatakan bahwa zaman sekarang adalah zaman edan (gila) adalah benar adanya. Mereka yang tidak ikut edan tidak akan kebagian. Artinya, mereka yang "lurus" harus disingkirkan atau segera menyingkir.

Berbagai pihak memberikan tanggapan kasus kecurangan massal tersebut. Beberapa mengatakan, bahwa di dunia akademis, contek-menyontek adalah perbuatan paling tercela yang tak termaafkan. Oleh karena itu, para pelaku perbuatan tersebut harus mendapat sanksi.

Di sisi lain, tidak sedikit pula yang menerimanya sebagai suatu kenyataan yang ada di republik ini. Tak sedikit pula, ada yang mengendap-endap mencari kesempatan untuk bersiap membuat momentum ini sebagai proyek yang menghasilkan uang.

Pendidikan Karakter dan berkarakter

Fenomena di atas hanyalah sebagian kecil dari puncak gunung es yang tampak jelas di permukaan. Kenyataannya, masalah yang dihadapi bangsa ini adalah jauh lebih besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com