Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matematika: Investasi

Kompas.com - 03/07/2011, 05:03 WIB

Elvyn G Masassya/praktisi keuangan 

Bagaimana kegiatan investasi Anda di semester pertama 2011? Apakah sesuai dengan harapan atau jeblok? Tiap orang pasti akan mengalami kondisi berbeda, tergantung dari jenis investasi yang dipilih. Bagaimana mengevaluasi kinerja tersebut? Langkah apa yang selayaknya dilakukan? Ada banyak, tapi yang paling mendasar adalah membandingkan antara target dan realisasi.

Pada awal tahun, tentunya Anda sudah memiliki perencanaan dalam berinvestasi. Umpamakan, Anda ingin pada akhir 2011 aset Anda bertumbuh 15 persen. Dengan kata lain, jika pada awal 2011 aset Anda sejumlah Rp 1 miliar, pada akhir tahun diharapkan menjadi Rp 1,15 miliar. Bagaimana cara mencapai tambahan Rp 150 juta dalam setahun?

Sumbernya bisa macam-macam, mulai dari penyisihan gaji yang ditabung ataupun dari hasil investasi dan juga kenaikan nilai aset. Kalau gaji Anda, misalnya, Rp 15 juta per bulan, lalu dipakai untuk konsumsi sebesar 70 persen, ada sisa 30 persen atau Rp 4,5 juta yang bisa ditabung. Dalam setahun, tabungan tersebut dapat mencapai Rp 54 juta. Berarti, Anda membutuhkan tambahan Rp 96 juta lagi agar aset Anda pada akhir tahun menjadi Rp 1,2 miliar. Salah satu sumbernya adalah kenaikan nilai aset, khususnya rumah.

Biasanya nilai tanah dan rumah akan naik setiap tahun, tergantung dari lokasinya. Anggap saja lokasi rumah Anda termasuk strategis dan terus berkembang. Kalau saat ini nilai rumah Anda, sebut saja, sekitar Rp 500 juta, pada awal tahun depan bisa menjadi Rp 525 juta-Rp 550 juta. Dengan demikian, aset Anda mengalami kenaikan nilai sebesar Rp 25 juta-Rp 50 juta. Ambillah angka yang konservatif, yakni Rp 25 juta, dengan demikian total kenaikan aset Anda dari tabungan dan nilai rumah sudah menjadi Rp 79 juta. Dus, untuk mencapai kenaikan aset Rp 150 juta, Anda perlu mendapatkannya dari hasil investasi, sebesar Rp 69 juta. Bagaimana caranya? Tergantung, berapa besar dana Anda diinvestasikan.

Dari contoh di atas, dengan jumlah aset Rp 1 miliar pada awal tahun, dengan nilai tanah dan rumah senilai Rp 500 juta, berarti ada aset lain sejumlah Rp 500 juta lagi. Aset lain itu bisa berupa kendaraan dan aset investasi berupa aset finansial, misalnya emas, deposito, saham, reksa dana, dan atau investasi lainnya.

Sebut saja nilai aset kendaraan Rp 200 juta. Berarti, aset finansial Anda sebesar Rp 300 juta. Untuk kendaraan, setiap tahun bukan mengalami kenaikan nilai, tetapi malah penurunan, bisa 5 sampai 10 persen. Berarti, pada awal tahun depan, nilai kendaraan Anda tinggal Rp 180 juta-Rp 190 juta. Ambil angka konservatif, penurunan nilai kendaraan Anda hanya 5 persen atau Rp 10 juta. Berarti, agar total aset Anda menjadi Rp 1,15 miliar pada tahun depan, investasi Anda mesti menghasilkan Rp 69 juta plus Rp 10 juta untuk menutup penurunan nilai kendaraan. Atau, secara total, dengan dana investasi Rp 300 juta, mesti mampu memberikan imbal hasil sebesar Rp 79 juta atau yield on investment sebesar 26 persen dalam setahun.

Realisasi

Lalu, bagaimana realisasinya? Cek dulu alokasi dana investasi Anda yang Rp 300 juta tersebut. Boleh jadi Anda memiliki deposito berjangka senilai Rp 100 juta. Sisanya Anda tempatkan di reksa dana, saham, juga emas. Inilah yang disebut aset alokasi. Dengan dana Rp 100 juta dalam bentuk deposito, imbal hasilnya saat ini paling banter sebesar net 6 persen per tahun atau Rp 6 juta saja. Jika dibandingkan dengan target hasil investasi sebesar Rp 79 juta, berarti Anda mesti mencari tambahan hasil Rp 73 juta, dengan modal Rp 200 juta.

Itu berarti, yield on investment yang dibutuhkan menjadi 36 persen per tahun. Bagaimana cara memperolehnya? Sebut saja dana Rp 200 juta itu sepenuhnya di investasikan dalam bentuk saham dan Anda membeli saham blue chip di awal tahun, dengan harapan bisa meningkat paling tidak 36 persen pada akhir tahun nanti. Seperti apa faktanya?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com