Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harus Bayar Rp 7 Juta, Muar Terancam Gagal Kuliah

Kompas.com - 26/07/2011, 15:13 WIB

DEPOK, KOMPAS.com — Lemas, tatap matanya tampak kehilangan asa. Muhammad Muar (19), siswa miskin yang bersekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri Kota Depok, terancam dicoret dari daftar mahasiswa yang lolos Ujian Masuk Bersama (UMB) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pasalnya, ia tidak mampu membayar sejumlah dana yang dibebankan pihak kampus kepada setiap calon mahasiswanya.

UNJ mewajibkan setiap calon mahasiswa, termasuk Muar, untuk menyiapkan sejumlah dana yang nilainya lebih dari Rp 7 juta. Bagi mantan penjual kantong plastik itu, bukan hal mudah untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Muar adalah salah satu dari beberapa siswa di sekolah Yayasan Bina Insan Mandiri, dengan predikat prestasi memuaskan. Ia terancam dicoret meski telah dinyatakan lolos seleksi UMB di Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi dan Administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi UNJ.

Terlebih Selasa (26/7/2011) ini adalah hari terakhir bagi calon mahasiswa untuk melakukan tahap lapor diri di UNJ. Akan tetapi, ia terpaksa mengurungkan niatnya karena tak ada biaya. Keresahannya semakin menjadi.

Anak ketiga dari enam bersaudara ini mengatakan, dia tak menyangka harus menyiapkan biaya sebesar itu. Sebab, sepengetahuannya tidak ada keterangan untuk wajib membayar biaya sebesar itu.

"Ini kali kedua saya mengikuti UMB di UNJ. Tahun lalu saya gagal, tetapi tahun ini saya lolos. Dari informasi yang saya akses secara online, enggak ada keterangan mengenai biaya itu. Awalnya saya senang, tetapi sekarang jelas saya kecewa," kata Muar saat ditemui Kompas.com di Depok, Selasa.

Sejatinya, melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi adalah salah satu mimpinya. Terlebih ketika ia dinyatakan diterima di program studi favoritnya, Pendidikan Ekonomi. Sebab, kelak, selain ingin menjadi pengusaha restoran, ia sangat ingin menjadi guru. Ia yakin, hanya pendidikan yang mampu mengangkat derajat ia dan keluarganya ke tahap yang lebih baik.

"Saya suka ekonomi, saya merasa ingin mendalaminya karena sangat dibutuhkan," ungkapnya.

Saat ini, ia mengaku belum mempunyai jalan keluar akan persoalan yang dihadapinya. Meski sudah ditanya berkali-kali, ia tetap tidak yakin dengan jawabannya. Dengan nada lirih, ia berharap ada keajaiban yang mampu membantunya memecahkan persoalan ini.

"Saya bingung enggak tahu harus gimana. Meski kecil, saya berharap ada pihak yang mau membantu," ujarnya lirih. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com