Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2000 Siswa Miskin Merajut Asa di "Master"

Kompas.com - 27/07/2011, 08:38 WIB

DEPOK, KOMPAS.com - Sekolah ini memang bukan sekolah mewah. Tetapi, di tempat ini, ribuan siswa miskin merajut asa. Mengecap pendidikan dan merajut asa untuk masa depan.

Sejak lebih dari sepuluh tahun lalu, Tempat Kegiatan Belajar Mengajar Bina Insan Mandiri (TKBM-BIM) fokus menampung siswa-siswi dari golongan tidak mampu. Sekolah ini berada di tengah Terminal Depok, Jawa Barat. Pendidikan mulai pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga jenjang SMA tersedia. Hingga kini, sekolah ini mampu bertahan  berkembang ditengah berbagai kendala dan keterbatasan.

Sejak awal berdirinya, TKBM-BIM hanya menampung puluhan siswa. Tetapi, sejak beberapa tahun lalu, jumlah siswa yang mendaftar terus meningkat tajam. Saat ini, tercatat lebih dari 2000 siswa miskin melanjutkan pendidikan di sekolah tersebut. Pada tahun 2005, sekolah yang dikenal dengan sebutan Master (Masjid Terminal) ini berhasil mendapatkan legalitas dari Dinas Pendidikan Kota Depok dan berhak mengikuti Ujian Nasional (UN), meski harus menginduk ke SMPN 10 dan SMAN 5 kota Depok.

Di sekolah ini semuanya gratis. Semua siswa bisa mendaftar kapan saja setiap hari. Tidak ada syarat utama kecuali harus miskin, hidup, dan mau belajar. Termasuk untuk masalah administrasi, setiap siswa diberikan berbagai kelonggaran terkait akta kelahiran, kartu tanda penduduk, dan berkas-berkas administrasi yang umumnya diterapkan di sekolah lain.

"Masalah administrasi memang harus ketat. Tapi harus ada toleransi bagi siswa tidak mampu yang mempunyai kendala dalam mengurus administrasi. Ini salah pemerintah juga yang semrawut mengurus hak sipil. Jangankan mengurus KTP, buat makan saja mereka susah, akhirnya yang dikorbankan adalah hak belajar anak," kata Kepala TKBM-BIM, Nurrohim, kepada Kompas.com, Selasa (26/7/2011), di Depok.

Pria yang akrab disapa Rohim ini menjelaskan, untuk standar kurikulumnya, sekolah ini memodifikasi kurikulum nasional dengan kondisi di sekolahnya agar standar isi dan prosesnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Menurutnya, kurikulum sekolah Master perlu dimodifikasi karena siswanya berasal dari semua usia, mulai dari anak-anak sampai dewasa.

Adapun tenaga pengajarnya, semua guru di sekolah ini berasal dari alumni, guru singgah dan guru tamu. Para alumni yang dinilai mempunyai semangat dan prestasi memuaskan, sengaja diberi kesempatan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Sementara untuk guru tamu adalah mereka para praktisi maupun profesional yang diberikan kebebasan waktu mengajar dengan berbagai disiplin ilmu. Sedangkan guru singgah adalah para guru PNS utusan dinas pendidikan yang kekurangan jam mengajar dan biayanya berasal dari APBD.

"Kita memberikan kesempatan yang luas untuk anak-anak miskin dari semua suku dan agama. Kita tidak membeda-bedakan, kita harap kehadiran kita bisa meringankan beban mereka yang memerlukan," ujar Rohim.

Untuk memenuhi biaya operasional, sekolah Master masih memerlukan banyak uluran tangan dari para donatur. Sedikitnya, untuk memenuhi seluruh biaya operasional, sekolah ini memerlukan Rp 150 juta per bulan. Akan tetapi, donatur tetap sekolah ini baru mampu menutup sekitar 30 persen.

"Ada sponsor tapi belum bisa mengcover semua biaya personal dan operasional. Biaya personal itu biaya pribadi para siswa, tapi karena mereka kesulitan maka kita berusaha untuk memberikan biaya itu," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com