Pramuka Diajak Peduli Isu Dunia

Kristianstad, Kompas - Pramuka tidak sekadar melatih keterampilan lewat berbagai permainan. Dalam Jambore Pramuka Dunia Ke-22 di Bumi Perkemahan Rinkaby, Kristianstad, Swedia, sekitar 40.000 peserta dari 150 negara mendapat sosialisasi mengenai beragam isu global. Selain isu soal perubahan iklim, juga dikenalkan soal perdamaian, hidup yang ramah lingkungan, kerja sama untuk mengatasi masalah kemiskinan, masalah pekerja anak, hingga perlindungan terhadap hak-hak anak. Sosialisasi berbagai isu global itu dikemas dalam acara seminar, diskusi, dan permainan.

Soal perubahan iklim, misalnya, dikemas dalam forum khusus yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejumlah anggota Pramuka menyampaikan beberapa gagasan yang ingin disampaikan pada Konferensi Perubahan Iklim (COP17) di Afrika Selatan pada tahun ini.

Wartawan Kompas, Ester Lince Napitupulu, dari Bumi Perkemahan Rinkaby, Jumat (5/8), melaporkan, gagasan soal perubahan iklim yang disampaikan kontingen Indonesia banyak mendapat dukungan dari anggota Pramuka negara lain.

Wakil dari Indonesia, yakni Muhammad Rifai Anugerah dari Sulawesi Selatan dan Fanny Marsella Maharani Yudris dari Jawa Tengah, mengusulkan agar untuk mengatasi perubahan iklim, gerakan menanam pohon harus dilakukan serentak di seluruh dunia. Selain itu, kampanye penyelamatan hutan mestinya bukan hanya untuk negara pemilik hutan, melainkan juga harus didukung negara maju. Caranya, negara maju jangan mau membeli kayu dari hutan alam.