JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan menerapkan homeschooling bukanlah keputusan yang diambil dalam sekejap oleh pasangan Faizal Kamal dan Mella Fitriansyah. Mereka sudah menyiapkan jauh sebelum putra sulungnya, Aiansyah Husayn Kamal (5) lahir. Kini, Husayn, dan adiknya yang berusia tiga tahun, Aliansyah Haidar Kamal, menjalani proses pendidikan "sekolah rumah" alias homeschooling yang di-handle langsung oleh Faizal dan Mella. Apa alasan keluarga ini memilih homeschooling?
Mella mengungkapkan, bukanlah sebuah awal yang mudah untuk memulainya. Pilihan homeschooling ibarat mendobrak kemapanan dan tembok sistem yang sudah berjalan selama ini. Tak membawa anak ke sekolah formal, awalnya dipertanyakan. Terutama oleh keluarga besarnya, yang berlatarbelakang pendidik. Tetapi, dengan persiapan dan kesamaan visi, Mella dan suaminya tetap menerapkan sekolah rumah kepada anak-anaknya. Prinsip dasar yang dipegang adalah keyakinan bahwa keluarga merupakan pusat "tata surya" dalam pembentukan karakter dan persiapan masa depan anak.
"Kami menganggap bahwa keluarga adalah pusat 'tata surya'. Saat ini, kebanyakan keluarga masih menjadikan pekerjaan sebagai pusat 'tata surya'nya. Ibaratnya, kita sudah dikasih batu atau kayu oleh Allah, dan diminta mengukirnya. Tetapi, kemudian kita menyerahkannya ke orang lain atau lembaga lain untuk mengukirnya. Aku tidak mau itu terjadi pada anak-anakku," ujar Mella, saat dijumpai Kompas.com, Kamis (11/8/2011), di Jakarta.
Lagipula, menurutnya, homeschooling membuat hubungan antara anak dan orangtua menjadi sangat dekat. "Aku dan suami sangat get connect dengan anak-anak karena kami secara penuh meng-handle pembelajaran mereka," katanya.
Ya, Mella dan Faizal menjadi konseptor bagi kurikulum dan pola pembelajaran yang diterapkan kepada Husayn dan Ali. Informasi mengenai kurikulum dan metode-metode homeschooling didapatkan dengan melakukan pencarian melalui dunia maya dan bertukar informasi dengan sesama keluarga homeschooling. Ada milis yang menjadi pintu informasi bagi keluarga homeschooling, yaitu milis "sekolah rumah".
"Kita beruntung sekarang ada internet, ada facebook, jadi kita bisa bertukar cerita. Selain itu, sesama keluarga homeschooling sering berbagi informasi tentang kurikulum, yang banyak juga berasal dari luar negeri," kisah Mella.
Kini, Mella merasa, buah perjuangannya bersama suami sudah mulai diakui. Keluarga yang tadinya mempertanyakan, sekarang mengapresiasi perkembangan Husayn dan Ali.
"Husayn belum aku ajarin baca. Ak memilih better late than early. Kalau nanti dia matang akan lebih cepat mengajarkan. Ngapain memaksakan anak, sementara itu belum umurnya. Aku enggak mau masuk dalam arus itu. tetapi, ajaibnya, meski belum diajarkan, Husayn sudah bisa membaca namanya, dan beberapa kata," katanya.
Ia menekankan, hal yang harus diutamakan ada menanamkan skill kepada anak. Mella menilai, skill yang dikuasai sang anak akan menjadi bekalnya di masa depan. "Aku lebih menekankan anak menguasai skill yang sesuai dengan dirinya daripada memaksakannya menguasai banyak hal seperti yang berlaku di sekolah formal. Buatku, skill ini yang akan menjadi bekal hidupnya," ujar Mella.
Sampai umur berapa Husayn dan Ali akan menjalani sekolah rumah? "Sampai mereka nanti tiba saatnya masuk kuliah," kata dia.
Saat ini, tak ada persoalan legalitas bagi anak-anak homeschooling. Mereka yang tak menjalani sekolah formal bisa mendapatkan ijazah dengan mengikuti ujian paket A, B, dan C. Untuk persiapannya, komunitas homeschooling kerap melakukan pembekalan bersama.
"Dan percaya enggak percaya, anak-anak homeschooling lulus kok kalau mengikuti ujian ini. Jadi apa yang harus ditakutkan?," kata Mella.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.