Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revitalisasi Pendidikan Tinggi Sains

Kompas.com - 07/09/2011, 20:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Revitasilisasi pendidikan sains murni di perguruan tinggi negeri dan swasta dilakukan sejak tiga tahun belakangan ini untuk memperkuat penguasaan ilmu-ilmu dasar yang berguna dalam penguasaan sains dan teknologi di Indonesia. Untuk itu, revitalisasi pendidikan sains di kampus-kampus yang memiliki program studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) difokuskan melalui perbaikan peralatan laboratorium dan penguatan riset ilmu dasar.

 

Penguasaan ilmu dasar sains yang kuat itu menjadi dasar keilmuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, pertanian, dan sebagainya. "Karena itu, kita harus berupaya supaya pendidikan sains murni di perguruan tinggi yang punya program studi MIPA kuat, termasuk bagaimana kita membuat mahasiswa memiliki minat untuk memilih program studi sains, baik di perguruan tinggi umum maupun keguruan," kata Illah Sailah, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, usai melaksanakan video conference dengan 21 perguruan tinggi dari berbagai daerah terkait kesiapan pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi Indonesia (OSN-PTI) di Jakarta, Rabu (7/9/2011).

 

Pelaksanaan OSN-PTI yang didukung Pertamina, Universitas Indonesia, dan Kemendiknas pada tahun ini memasuki tahun keempat. Program ini merupakan ajang kompetisi sains bagi mahasiswa di bidang matematika, fisika, kimia, dan biologi dengan total hadiah Rp 2,8 miliar.

 

Illah menjelaskan, sejak tahun 2008 Kemendiknas menyediakan hibah atau blockgrant untuk merevitalisasi program studi MIPA di perguruan tinggi umum maupun lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK). Dana penelitian untuk pendidikan tinggi ada juga yang dialokasikan untuk memperkuat riset dasar.

 

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal beberapa waktu lalu mengatakan, minat masyarakat terhadap bidang studi MIPA masih perlu ditingkatkan. Dari 5,2 juta mahasiswa saat ini, hanya tiga persen yang memilih MIPA. Padahal, di negara maju, paling tidak 10 persen mahasiswanya tumbuh di MIPA.

 

Sejumlah perwakilan dari program studi MIPA di berbagai universitas mengeluhkan kondisi laboratorium MIPA yang belum memadai. Permohonan agar peralatan laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian dilengkapi, baik lewat bantuan pemerintah maupun perusahaan swasta cukup mencuat. 

 

"MIPA memang masih belum menarik buat lulusan SMA. Karena itu, perlu ditingkatkan tentang hubungan MIPA juga yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan, seperti contohnya Pertamina. Ini untuk membuat ilmu dasar itu juga berkembang dan berguna untuk perusahaan-perusahaan serta untuk memperkuat riset," tutur Sutanto, Pembantu Dekan I Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com