Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Bengkulu Riset Energi Alternatif

Kompas.com - 30/09/2011, 14:05 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Universitas Bengkulu (Unib) mengembangkan beberapa riset energi alternatif dari angin dan limbah pengolahan kelapa sawit. Kepala Lembaga Penelitian Unib Prof. Sarwit Sarwono mengatakan, untuk penelitian pusat listrik tenaga angin saat ini terhenti akibat keterbatasan dana, sedangkan karakteristik angin di Bengkulu tidak stabil dan perlu peralatan dengan desain khusus.

"Hingga kini beberapa peneliti kita sedang fokus pada energi alternatif dari udara dan limbah kelapa sawit, penelitian telah dilakukan beberapa waktu lalu dan sekarang belum mendapatkan kesimpulan karena tantangannya banyak," kata Sarwit, di Bengkulu, Jumat (30/9/2011).

Meski demikian, katanya, para peneliti Unib akan terus melakukan berbagai daya untuk menyelesaikan penelitian tersebut mengingat pentingnya energi alternatif dewasa ini. Ia berharap, pemerintah dan pihak-pihak sponsor terkait dapat membantu menyelesaikan penelitian tersebut mengingat mahalnya beberapa peralatan untuk mendesain agar kondisi angin dapat didesain khusus guna kebutuhan tenaga listrik.

Selain itu, katanya, penelitian energi alternatif dengan menggunakan limbah pengolahan kelapa sawit saat ini masih berlangsung. Sarwit menjelaskan, penelitian tersebut menekankan agar limbah itu dapat digunakan sebagai pengganti bensin, bahan bakar kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.

Beberapa penelitian lain yang berhasil dilakukan oleh Unib di antaranya pemberian ekstrak tumbuhan katuk sebagai pakan ternak ayam potong untuk menurunkan kolestrol dan peningkatan kualitas serta kuantitas ayam petelor. Sarwit berharap, hasil temuan para ilmuwan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah.

Hingga saat ini, katanya, sekitar 10 persen dari seluruh hasil penelitian dan temuan ilmuwan Unib dimanfaatkan oleh pemerintah setempat. Sedikitnya hasil riset yang dipakai oleh pemerintah daerah setempat karena koordinasi yang kurang intensif antara Unib dan Litbang, Bappeda daerah itu. Selain itu, katanya, pemerintah lebih mengutamakan program nasional yang lebih instan dan ada dananya.

"Sementara jika pemerintah memakai riset kita perlu waktu lama dan biaya tinggi. Hal inilah yang membuat penggunaan riset kita jarang dipakai pemda setempat," katanya.

Menurut dia, penelitan para dosen Unib justru banyak digunakan oleh provinsi lain seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa perusahaan pertambangan terutama dalam hal reklamasi wilayah tambang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com