Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Terbuka Terkendala Materi

Kompas.com - 05/10/2011, 09:42 WIB

NUSA DUA, KOMPAS.com — Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh terkendala minimnya sumber materi pembelajaran terbuka atau open educational resources. Sumber materi digital yang tersedia banyak yang harganya mahal dan dilindungi hak cipta sehingga pemanfaatannya terbatas.

Pemerintah dan perguruan tinggi didesak mengalokasikan anggaran khusus untuk pembelian sumber pembelajaran terbuka itu agar akses pendidikan terbuka bagi masyarakat.

Hal itu mengemuka dalam diskusi di Konferensi Dunia Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ) ke-24 yang diselenggarakan Universitas Terbuka (UT). Kegiatan itu bagian dari International Council for Open and Distance Education (ICDE), 2-5 Oktober 2011, di Nusa Dua, Bali.

Sumber pembelajaran terbuka merupakan materi pengajaran, pembelajaran, dan penelitian berbentuk digital yang ada di ranah publik sehingga memungkinkan bagi siapa aja untuk menggunakannya. Bentuknya, antara lain, modul, buku teks, rekaman video langsung, peranti lunak, dan materi atau teknik apa pun yang digunakan untuk mendukung akses ke informasi dan pengetahuan.

Menurut Presiden ICDE dan Presiden Athabasca University Canada Frits Pannekoek, open educational resources (OER) terbatas karena pemerintah dan perguruan tinggi tidak menganggap hal itu penting. Implikasinya, alokasi anggaran pun minim untuk OER.

”Jurnal-jurnal ilmiah itu harganya mahal. OER bisa membantu mengurangi beban anggaran. Dengan OER, tidak perlu membeli buku teks. Bisa hemat 4-8 persen anggaran perguruan tinggi,” kata Frits.

Bahkan, jika kualitas semua OER terjamin dan bisa diperoleh dengan gratis, jumlah tenaga pendidik pun bisa dibatasi. Inilah yang menurut Frits menimbulkan perdebatan.

Teknologi

Meskipun sarana pendukung utama sistem pendidikan jarak jauh ada pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK), masih banyak negara yang belum memiliki infrastruktur TIK memadai. Selain kondisi geografis yang sulit, minimnya investasi pada pengembangan TIK juga menjadi faktor penghambat.

Untuk mencapai peserta didik di sejumlah daerah terutama daerah-daerah terpencil, Dekan FGV Online-Unit Pendidikan Jarak Jauh di Fundacao Getulio Vargas, Brasil, Stavros Xanthopoylos mengatakan, Brasil bergantung sepenuhnya pada transmisi melalui satelit. Ketiadaan investasi pada infrastruktur TIK itu membuat pilihan terbatas hanya pada satelit untuk menyampaikan materi ajar dalam pendidikan jarak jauh.

”Selama ini, kadang-kadang kami memakai kepingan DVD untuk menyampaikan materi ajar kepada peserta didik di daerah-daerah terpencil,” kata Stavros.

Persoalan serupa dihadapi Indonesia. Aktivis IT Indonesia, Onno W Purbo, mengatakan, infrastruktur jaringan TIK di banyak daerah masih minim, terutama di daerah-daerah terpencil. Jangankan akses jaringan internet, fasilitas listrik pun masih serba terbatas. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com