Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMK Pertanian Hadapi Persoalan Stigma

Kompas.com - 10/10/2011, 02:33 WIB

Jakarta, Kompas - Banyak sekolah menengah kejuruan pertanian yang sudah melakukan berbagai terobosan sehingga lulusannya dicari banyak kalangan. Meski demikian, masih ada stigma bahwa pertanian adalah pekerjaan kasar, masyarakat bawah, dan secara finansial tidak menjanjikan.

”Stigma itu menyebabkan sebagian orangtua tidak mengizinkan anaknya masuk ke SMK pertanian dan lebih suka ke bidang teknik. Padahal, stigma itu tidak benar dan harus segera diluruskan,” kata Fatoni, Wakil Kepala SMKN 1 Temanggung, Sabtu (8/10).

Di SMKN 1 Temanggung, misalnya, sekitar 60 persen siswa tahun keempat sudah ”dipesan” berbagai perusahaan untuk bekerja. ”Masa depan lulusan SMK pertanian cukup menjanjikan,” kata Fatoni.

Abdul Muhid, Ketua Program Keahlian Agrobisnis Produksi Pertanian SMKN 1 Sukorambi Jember, Jawa Timur, mengatakan, masih ada anggapan untuk mengerti pertanian tidak perlu bersekolah secara khusus. Padahal, di SMK pertanian tersedia beragam program keahlian, mulai dari penanaman, pembenihan, kultur jaringan, hingga pengolahan pascapanen.

”Kami berusaha memperbaiki anggapan suram sekolah pertanian itu dengan membantu lulusan kami tersalurkan ke perusahaan-perusahaan. Semakin banyak lulusan SMK yang mudah terserap dunia kerja maupun mandiri, dengan sendirinya masyarakat bisa yakin soal keberadaan SMK pertanian,” kata Abdul Muhid.

Masih minim

Jumlah SMK pertanian di Indonesia yang mengklaim sebagai negara agraris masih minim. Dari sekitar 8.000 SMK, hanya ada sekitar 500 SMK pertanian dengan 8.000 siswa.

”Kami terus berupaya meningkatkan mutu lulusan SMK pertanian,” kata Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Nasional Joko Sutrisno.

Tarman, Kepala SMKN 2 Metro Lampung, menambahkan, pemerintah dan SMK pertanian perlu memotivasi lulusan SMP untuk melirik juga sekolah pertanian.

Nandang Jaharudin, Wakil Kepala SMKN 1 Pacet, Kabupaten Cianjur, mengatakan, sekolah pertanian perlu diperkuat dengan sarana prasarana yang modern dan terus melakukan inovasi. ”Masyarakat perlu diajak untuk mencintai produk sayur dan buah dalam negeri,” kata kata Nandang.

Di SMKN 1 Pacet, sekolah berhasil membuat produk-produk pertanian yang diminati pasar modern. Bahkan, produk olahan beragam hasil pertanian yang diolah dan dikemas secara modern juga cukup laris, seperti kerupuk dari daun singkong dan daun wortel. Sekolah ini menggandeng ahli pertanian dari Jepang untuk mengembangkan inovasi berbagai tanaman pertanian. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com