Jakarta, Kompas - Jerman menjajaki peluang investasi dalam pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.
Menurut Wakil Ketua Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia Bidang Pengembangan Bisnis Djoko Winarno, Senin (24/10), di Jakarta, peluang
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi biomassa mencapai 49.810 MW. Sementara kapasitas daya terpasang berbasis biomassa saat ini baru 1.618,4 MW atau hanya 3,25 persen. Potensi panas bumi 29.038 MW, sedangkan kapasitas terpasang baru 1.189 MW atau 4,10 persen dari total potensi yang ada.
Sekitar 4.000 unit pembangkit listrik tenaga diesel di Indonesia berkapasitas 2.800 MW memakai bahan bakar minyak. ”Teknologi biomassa telah diluncurkan secara komersial. Biaya operasional biomassa yang murah bisa membantu pemerintah mengurangi anggaran subsidi BBM,” ujarnya.
Direktur Pelaksana EKONID (German-Indonesian Chamber of Industry and Commerce) Jan H Ronnfeld, di sela konferensi energi baru terbarukan, menyatakan, potensi biomassa dan biogas di Indonesia sangat besar. Untuk itu, para investor dari Jerman berminat untuk berinvestasi bidang energi baru terbarukan di Indonesia.
Apalagi Jerman berpengalaman mengelola sistem teknologi ramah lingkungan untuk memasok kebutuhan tenaga listrik sejak 20 tahun lalu. Dalam konferensi itu, delapan perusahaan asal Jerman mempresentasikan teknologi mereka, di antaranya EnBW AG dan Ribegla Deutschland GmbH.
Sejauh ini, nilai investasi perusahaan asal Jerman di Indonesia secara akumulatif mencapai 25 miliar dollar AS untuk semua sektor.