Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji Minim Bukan Alasan Alih Profesi, tetapi...

Kompas.com - 26/10/2011, 10:05 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kesejahteraan yang diberikan negara bagi para peneliti kembali diusik. Rendahnya penghargaan secara finansial kepada para ilmuwan ini dipertanyakan. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sri Hartinah, mengatakan, minimnya kesejahteraan peneliti tak bisa dijadikan alasan untuk berhenti melakukan penelitian atau hijrah ke negara lain demi mendapatkan penghargaan yang lebih baik.

Seorang peneliti, menurutnya, harus idealis karena profesi tersebut merupakan panggilan diri.

"Meski perhatian pemerintah tidak penuh, tapi itu bukan alasan untuk alih profesi," kata Sri di sela-sela Lokakarya Perkembangan Kepustakaan Iptek Guna Menunjang Pembangunan Nasional, Rabu (26/10/2011) di Gedung LIPI, Jakarta.

Akan tetapi, ia mengakui, jika dibandingkan profesi lain memang terlihat kesenjangan penghasilan yang diperoleh peneliti. "Jauh sekali kesenjangannya. Padahal untuk jadi seorang peneliti itu perlu biaya dan sekolah yang sangat tinggi," kata dia.

Padahal, menurutnya, tidak mudah menjadi seorang seorang peneliti karena harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Khususnya, untuk menjadi peneliti yang benar-benar memiliki kualitas dan menghasilkan karya penelitian yang membawa pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat.

"Publikasi dan aplikasi dari sebuah penelitian yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tentu perlu pemikiran yang mengikuti perkembangan. Selama ini kita tertinggal jauh, karena ketersediaan fasilitas yang kurang mencukupi," ujar Sri.

Oleh karena itu, ia tetap berharap pemerintah dapat memacu kesejahteraan peneliti. Tidak hanya peduli akan dampak dari suatu penelitian, tetapi juga perlu dipertimbangkan meningkatkan kesejahteraan para peneliti.

"Agar kami lebih berkonsentrasi melakukan penelitian, dan tidak berpikir untuk pindah ke profesi lain, atau meneliti di negara lain," kata Sri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com