Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Willy Memilih Mengabdi ke Pulau Rupat

Kompas.com - 03/11/2011, 09:00 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hidup memang tak lepas dari sodoran sejumlah pilihan. Wilbrodus Marianus alias Willy (25) pun harus memilih saat sebuah kesempatan datang padanya, yakni bergabung dalam program Indonesia Mengajar untuk menjadi pengajar muda angkatan III selama satu tahun di Pulau Rupat, Desa Titi Akar, Dusun Hutan Samak, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pilihan lainnya, jika mengambil kesempatan ini, ia harus melepas pekerjaan sebagai video journalist di sebuah stasiun televisi nasional.

Akhirnya, ia rela melepas pekerjaan yang bagi keluarga dan warga kampung halamannya adalah sebuah profesi yang "wah". Pilihan ini, menurut dia, penuh dengan "gambling". Willy tak mengetahui apa yang akan terjadi padanya setelah setahun pengabdian sebagai pengajar muda.

Akan tetapi, satu keyakinan menguatkan hati Willy. Ia percaya, segala sesuatu yang baik akan datang pada waktunya.

"Aku ini anak kampung, bekerja di televisi nasional itu menjadi sangat wah. Dan ketika saya memutuskan untuk keluar itu sangat membuat mereka heran," kata Willy menjelang keberangkatannya ke Riau, Rabu (2/11/2011) malam, saat ditemui Kompas.com di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Menjadi pengajar muda

Kesempatan menjadi pengajar muda didapatkan Willy setelah melalui berbagai tahapan seleksi yang cukup panjang. Keinginannya mendaftarkan diri sebagai pengajar muda didasari mimpinya membangun pendidikan di kawasan Indonesia Timur dan membuka akses pendidikan bagi anak-anak kurang mampu. Ya, Willy memang berasal dari Flores. 

Ia lahir di tengah keluarga yang terbatas secara ekonomi. Akan tetapi, keterbatasan finansial tak memupus harapan Willy untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. 

Lantas, ia berbagi kisah. Tahun 2004, Willy berhasil lulus menjadi calon mahasiswa di fakultas kedokteran sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Yogyakarta. Kesempatan itu didapatkannya setelah lulus seleksi melalui jalur penjaringan bibit unggul daerah (PBUD). Namun, kesempatan emas itu dilepaskannya setelah disyaratkan membayar Rp 100 juta.

"Saat itu saya sempat stres. Orangtua mencoba mencari bantuan ke pihak-pihak yang dianggap dapat mendonasikan dana, tetapi tidak dapat," kata Willy,

Akhirnya, ia mendapatkan kesempatan lain melalui beasiswa penuh selama empat tahun di Fakultas Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com