BOGOR, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta menantang para peneliti kehutanan Indonesia untuk mampu menciptakan teknologi-teknologi baru dalam mengembangkan industri kehutanan dan mendorong pembangunan.
"Peneliti jangan mau kalah dari penyanyi dangdut, mereka menyanyikan lagu ’buah semangka berdaun sirih’. Kalau bisa peneliti juga bisa menciptakan pohon ulin berbuah nangka," kata Gusti dalam pembukaan Indonesia Forestry Researchers (INAFOR) 2011, di IPB International Convention Center, Senin, (5/12/2011).
Gusti mengatakan, hutan Indonesia memiliki fungsi strategis sebagai penyangga sistem kehidupan seperti penyerap karbon serta fungsi ekonomi untuk menghasilkan devisa seperti dari produksi kayu dan penyangga ketahanan nasional.
"Kekayaan sumber daya alam yang kita miliki harus dikelola seoptimal mungkin, dengan meningkatkan dan mendorong tumbuhnya industri pengolahan yang memberikan nilai tinggi serta mengurangi ekspor bahan mentah," kata Menteri.
Oleh karena itu, kata Gusti, peneliti diharapkan mampu menciptakan pohon-pohon yang cepat tumbuh, sehingga tidak lagi bergantung pada hutan alam, tapi hutan industri tanam untuk memenuhi kebutuhan akan kayu.
"Maka itu, saya menantang para pemulia hutan untuk berkarya lebih baik, menciptakan sebuah teknologi. Dimana Indonesia dapat berperan dalam pengembangan hutan sehingga Nagoya Protokol itu bisa terlaksana," kata Gusti.
Menteri menambahkan, secara prinsip sistem inovasi hanya terwujud jika terjadi komunikasi dan interaksi antara aktor atau lembaga pengembangan dengan lembaga pengguna teknologi. Melalui INAFOR, lanjut Menteri mampu mendorong terciptanya inovasi dan rumusan-rumusan dalam pengembangan permasalahan hutan di Indonesia.
Gusti menuturkan, kebijakan riset yang dihasilkan perlu reorientasi yang selama ini kental dengan nuansa "supply push" maka harus diarahkan menjadi "demand-driven".
"Riset dan pengembangan teknologi lebih banyak didasari keingintahuan para peneliti. Ini harus digeser ke arah kebutuhan dunia nyata atau orientasinya untuk mencari solusi permasalahannya," kata Menteri.
Kementerian Ristek saat ini mendorong adanya riset berbasis konsep Sistem Inovasi (Sinas) yang melibatkan tujuh lembaga non pemerintahan seperti LIPI, BATAN, BAPPETEB, BSN, LAPAN dan BIG (Bakosurtanal). Insentif riset Sinas mulai 2012 akan diprioritaskan pendanaannya jika sudah membentuk konsorsium yang melibatkan tujuh lembaga tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.