Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Kekerasan terhadap Pelajar SMK Negeri 29

Kompas.com - 12/12/2011, 22:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 100 pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 29 Penerbangan, Jakarta Selatan, menerima perlakuan kekerasan yang dilakukan guru mereka. Tindakan itu dilakukan setelah sebagian pelajar tersebut terjaring razia oleh Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan karena membawa senjata tajam.

Berdasarkan laporan siswa kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Senin (12/12/2011), peristiwa itu berawal dari insiden yang menimpa salah seorang siswa SMK Negeri 29 Penerbangan pada Selasa (6/12/2011). Pelajar tersebut terkena bacokan di punggung oleh pelajar SMU Purnama.

Tak terima dengan kejadian tersebut, pada Kamis (8/12/2011) sekitar pukul 13.00, rombongan pelajar SMK Negeri 29 Penerbangan melakukan aksi pembalasan kepada pelajar SMU Purnama. Belum sempat adu jotos, pelajar SMK Negeri 29 Penerbangan dirazia petugas kepolisian yang saat itu melakukan Operasi Pekat.

Dari tangan pelajar, polisi menyita senjata tajam, seperti celurit, kepala gir, hingga bom molotov. Kira-kira pukul 14.00, pelajar tersebut dibawa ke Markas Polres Metro Jakarta Selatan atas permintaan salah seorang guru berinisial AM untuk didata dan dikembalikan kepada orangtua masing-masing.

Di pelataran Mapolrestro Jaksel, pelajar dipisahkan berdasarkan kelas. Guru yang ada di tempat tersebut adalah AM, guru aeromodeling, guru agama bernama AL, dan guru kewarganegaraan bernama SL.

Salah satu pelajar berinisial HS (16) ada yang lupa mengenakan lencana yang seharusnya terdapat di pundak. SL langsung menampar HS sambil memarahinya. "Kamu enggak sadar apa kalau bapakmu sudah enggak ada?" kata DP, salah satu siswa yang melapor ke Komnas PA, menirukan ucapan SL kepada HS.

Tindakan pemukulan juga dilakukan AL. Seusai mendata dan menyita switer yang dipakai pelajar, AL langsung memukul wajah para pelajar dengan menggunakan telapak tangan hingga menyebabkan memar.

Para pelajar diinterogasi polisi untuk mengetahui siapa pemilik senjata tajam. Para pelajar juga diajak masuk melihat sel di Mapolrestro Jaksel seraya melihat kondisi para narapidana. Para pelajar akhirnya dijemput satu per satu oleh orangtua mereka masing-masing hingga selesai sekitar pukul 21.00.

Kekerasan berlanjut di SMK Negeri 29 keesokan harinya, Rabu (9/12/2011). Kali ini, Kepala SMK Negeri 29 Penerbangan, DD, memanggil 105 pelajar yang sebelumnya terkena razia ke dalam ruangan mulitimedia. Para pelajar diminta berbaris dengan membuka baju. Ponsel para pelajar disita dan rambut mereka dicukur sembarangan oleh DD dengan menggunakan mesin cukur.

Seorang pelajar wanita berinisial VV (16), yang turut dalam barisan, juga dilaporkan mendapat pelecehan. "Sebenarnya kamu itu perempuan apa bukan, sih? Saya enggak percaya," ujar DD sambil mengibaskan kerudung yang dikenakan VV. Para siswa pelapor mengatakan, DD juga mengancam, jika nantinya VV ikut dalam tawuran, ia akan ditelanjangi.

Salah seorang pelajar bernama OK juga mendapat perlakuan keras oleh DD. OK disabet dengan gesper hingga punggungnya berdarah. DD sempat menanyakan kepada guru lainnya apakah kamera CCTV di ruangan tersebut menyala atau tidak. Ia juga menanyakan di mana ruangan pusat CCTV tersebut berada. DD baru tiga bulan menjabat sebagai Kepala SMK Negeri 29 Penerbangan.

Aksi kekerasan yang dilakukan oknum guru tersebut selanjutnya dilaporkan perwakilan pelajar kepada Komnas PA. Rencananya, Selasa (13/12/2011), akan ada pertemuan antara orangtua siswa dan kepala sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com