Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stop Bawang Merah Impor Masuk Jateng

Kompas.com - 16/12/2011, 08:13 WIB
Winarto Herusansono

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah mendesak pemerintah segera menghentikan praktik impor bawang merah. Jika pemerintah berpihak kepada petani, impor bawang merah harus distop karena petani di Kabupaten Brebes dan sekitarnya sedang menghadapi panen.

Desakan itu disampaikan anggota Komisi B Bidang Ekonomi DPRD Jawa Tengah, Hadi Santoso dan Istajib, Jumat (16/12/2011), dalam menanggapi keluhan petani bawang merah. Harga bawang merah kini anjlok sampai 50 persen akibat digempur bawang impor yang didatangkan para pedagang besar dari Jakarta maupun pedagang di Brebes.

Hadi Santoso menyatakan, harga bawang kering (askip) yang semula Rp 7.000 per kilogram kini anjlok hingga Rp 3.400 per kilogram. Bawang biasa sebelumnya Rp 5.000 per kilogram, kini anjlok hanya Rp 2.500.

Anjloknya harga bawang ini bahkan dikabarkan menyebabkan petani bawang mengalami kerugian jutaan rupiah per hektar. Ada petani yang sampai menjual sepeda motor dan barang berharga lain untuk menutup utang atas biaya tanam dan budidaya bawang merah.

Sementara Istajib menilai, praktik mendatangkan bawang impor ketika petani lokal sedang panen itu sudah lama berlangsung. Biasanya, bawang impor masuk dalam jumlah besar, menggunakan angkutan truk dengan kapasitas sekali angkut lebih dari 50 ton.

Bawang merah impor itu oleh pedagang kemudian dicampur dengan bawang lokal. Bawang impor memang bentuk umbinya lebih besar dibandingkan dengan bentuk umbi bawang lokal. Dari segi rasa, bawang lokal lebih gurih dan rasanya lebih menggigit.

Bawang impor hanya menang bentuk lebih besar, tetapi rasanya hambar karena bawang impor ini lebih khusus untuk bawang bibit. Praktik pencampuran bawang impor dengan bawang lokal ini menyebabkan pedagang luar kota yang membutuhkan pasokan bawang jumlah besar tidak teliti atas pembelian bawang dalam jumlah besar. Bawang impor ini dijual di pedagang dengan harga di bawah Rp 6.000 per kilogram.

Praktik pencampuran itu melibatkan pedagang, pemilik gudang, dan pemasok bawang lokal, terutama di daerah Kecamatan Bulakamba, Kersana, Tanjung, dan Brebes.

Untuk membantu petani bawang lokal memperoleh harga yang menguntungkan, juga menahan gempuran bawang oimpor, kata Istajib dari Partai Persatuan Pembangunan, petani sebaiknya menahan lebih dulu hasil panen bawang untuk disimpan di gudang-gudang. Supaya petani tidak terbebani, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Brebes dapat membantu meringkan biaya penyimpanan bawang supaya lebih awet dan tahan lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com