Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukses di Malaysia, Riza Muhida Pilih Kembali ke Indonesia

Kompas.com - 20/12/2011, 08:58 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sukses menjadi dosen peneliti di luar negeri tidak membuatnya lupa Indonesia. Riza Muhida, bapak dua anak kelahiran Jakarta ini pada tahun sebelumnya (2007-2010) menjabat Ketua Indonesian Lecturers and Researchers Association in Malaysia atau ILRAM, sebuah organisasi yang mewadahi forum komunikasi antar-ilmuwan Indonesia dan Malaysia yang berada di Malaysia.

Keinginannya kembali ke Tanah Air karena ingin menggali pengalaman dan mempersiapkan hari tua di tanah kelahirannya. Awal 2011, Riza kembali ke Indonesia.

Riza juga tercatat aktif dalam asosiasi profesor bidang mekatonika (robotik) di International Islamic University Malaysia. Saat ini, ia masih tercatat sebagai Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4).

Riza mengungkapkan, sebagai dosen peneliti di International Islamic University Malaysia, ia mendapatkan penghasilan 8.000 ringgit, atau lebih dari Rp 20 juta setiap bulan. Awalnya, ia tertarik menjadi dosen peneliti di Malaysia karena adanya sokongan dana penelitian dan tunjangan hidup yang lebih menjanjikan dibanding jika menjadi dosen peneliti di Indonesia.

Saat menjadi peneliti di Malaysia, kisah Riza, dengan penghasilan yang didapat ia dapat melakukan kerja-kerja penelitian dengan tenang. Tak pernah dilanda kekhawatiran memikirkan biaya sekolah anak dan kebutuhan lainnya karena Pemerintah Malaysia juga menjamin tunjangan pendidikan untuk anak, tunjangan kesehatan, dan tempat tinggal di luar gaji pokok.

Hasilnya, Riza berhasil menunjukkan buah dari penelitiannya. Ia menciptakan benda untuk menyimpan vaksin dengan suhu yang bisa disesuaikan. Benda yang menyerupai lemari pendingin itu ia patenkan hak kekayaan intelektualnya dengan nama a portable thermoelectric-based vaccine cooler.

Selain itu, ia juga memiliki penemuan lain yang diberi nama camera-based smart solar tracking system, di mana ia membuat panel surya yang lebih sederhana dengan menggunakan motor untuk menggerakkan kamera yang menangkap posisi matahari lebih akurat.

”Saya juga pernah mendapatkan medali emas dari kompetisi penemuan yang rutin dilombakan setiap tahun di berbagai negara,” kata Riza, saat ditemui Kompas.com, Jumat (16/12/2011), dalam kompetisi robot internasional, di Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Akan tetapi, penemuan-penemuan tersebut ia ”titipkan” untuk dikembangkan di International Islamic University Malaysia dan memilih kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan hari tuanya. Saat ini, ia aktif dan menikmati profesinya sebagai dosen peneliti informatika dan komputer di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya, Tangerang, Banten.

Meski penghasilan tak sebesar seperti saat menjadi dosen peneliti di Malaysia, Riza mengaku tak bisa menghilangkan keinginan untuk memiliki masa depan di Indonesia.

”Saya kembali ke Indonesia karena saya berpikir hidup saya hanya sementara. Saya melihat masa depan, hari tua saya harus di Indonesia. Daripada saya merintis di luar negeri, lebih baik saya merintis di Indonesia,” kata Riza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau