Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Itu Bukan "Consumer Good"

Kompas.com - 21/12/2011, 14:41 WIB
M.Latief

Penulis

KOMPAS.com — Meski badai krisis ekonomi melanda Eropa, pada 2011 ini Pemerintah Belanda setidaknya mengucurkan dana beasiswa bagi mahasiswa asal Indonesia sebesar 5-6 juta euro atau setara 7 juta dollar AS-8 juta dollar AS. Pemberian dana beasiswa kepada mahasiswa Indonesia tetap menjadi prioritas Negeri Kincir Angin tersebut.

 

Direktur Nuffic Neso Indonesia Mervin Bakker mengungkapkan bahwa
pertumbuhan Eropa masih terus terjadi dan dampak krisis tersebut tidak terlalu berpengaruh pada dunia pendidikan tinggi, khususnya bagi pelajar Indonesia. Berikut petikan wawancara Kompas.com dengan pimpinan organisasi non-profit yang mengurusi segala bidang pendidikan tinggi Belanda di Indonesia itu:

Apakah krisis ini berpengaruh dan akhirnya terpaksa harus memotong budget beasiswa pendidikan bagi pelajar Indonesia? 

Imbasnya (krisis) ke dunia pendidikan sejauh ini tidak ada. Saya rasa, masih sulit diprediksi, apakah mungkin memangkas anggaran beasiswa bagi pelajar-pelajar Indonesia. Satu hal terpenting perlu diketahui adalah, Indonesia masih menjadi fokus pemerintah kami, dan anggaran yang ada digunakan untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

Maaf, kami melihat, bukan hanya Eropa, khususnya Belanda, yang akhirnya fokus pada pelajar-pelajar Indonesia sebagai aset pendidikan internasional. Amerika Serikat, Jepang, terutama Australia, dan bahkan akhir-akhir ini China juga semakin gencar menarik pelajar Indonesia untuk studi di negara mereka. Bagaimana menurut Anda?

Tanpa menyinggung negara lain, saya ingin menekankan bahwa kami tak percaya dengan taktik agresif berpromosi untuk tujuan pendidikan tinggi. Pendidikan itu bukan consumer good yang berefek langsung dan cepat. Studi di luar negeri itu keputusan sekali dalam hidup. Jadi, tak semudah itu!

Kami (Nuffic Neso) didukung oleh perguruan-perguruan tinggi Belanda di semua aktivitas mereka di Indonesia, termasuk promosi. Kami lakukan itu karena kami percaya bahwa Pemerintah Belanda menawarkan sistem pendidikan kelas dunia dengan biaya dan lingkungan pendidikan yang bisa bersaing.

Tak hanya itu yang membuat kami yakin. Belanda juga negara yang sangat multibudaya dan toleran dalam hal apa pun. Dan, jangan salah, banyak orang Belanda pun saat ini yang masih menyukai Indonesia. Di samping itu, komunitas Indonesia, baik itu pelajar maupun bukan pelajar yang besar jumlahnya di Belanda, sehingga tak sulit mencari makanan atau apa pun tentang Indonesia di sini. 

Dengan gencarnya promosi-promosi negara lain itu, apakah ceruk pendidikan tinggi Belanda saat ini semakin tersaingi untuk mendapatkan pelajar-pelajar Indonesia saat ini?

Saya kira itu bukan masalah bagi kami karena sifat pendidikan di Eropa adalah investasi sosial. Kami punya 3.000 perguruan tinggi di Indonesia sebagai mitra kerja sama yang potensial bagi universitas-universitas di Belanda. Dan, saat ini ada sekitar 127 bentuk kerja sama antara perguruan tinggi Indonesia dan Belanda, dan porsi terbesarnya ada pada program pertukaran mahasiswa. Itu sekitar 22 persen dan kerja sama riset sebanyak 19 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com