Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Sutari untuk Biaya Sekolah Rani...

Kompas.com - 28/12/2011, 08:21 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepuluh tahun sudah Sutari (62) mengadu nasib di Ibu Kota. Sepuluh tahun sudah ia meninggalkan kampung halamannya, Semarang, Jawa Tengah, demi mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk menghidupi keluarganya. Tari, demikian ia biasa disapa, dengan berbekal ijazah SMP, memilih untuk memulung di kawasan Cililitan hingga Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Penghasilannya tak seberapa, hanya sekitar Rp 15 ribu per hari. Tetapi, dengan penghasilan itu, ia dan istrinya yang menjadi buruh pasar, berharap anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya.

"Waktu masih kuat, setiap hari saya memulung dari Pasar Rebo sampai Kampung Melayu. Tapi, sekarang saya sudah sempoyongan," kata Tari ,saat ditemui Kompas.com, Selasa (27/12/2011), di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

Anak Tari, Rini Purwanti, kini tengah duduk di bangku SMA. Beruntung, anaknya bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri, di Semarang. Meski pun, biaya yang harus dikeluarkan juga tak sedikit. Menurut Tari, beberapa kali teguran dari sekolah datang karena terlambat membayar SPP. Ia pun menyusun strategi: berhemat di tengah segala kekurangan.

"Jika sudah ditegur sekolah, terpaksa kami pakai uang makan untuk melunasi SPP," ujarnya.

Biaya besar untuk pendidikan yang harus disiapkan Tari dan orang-orang dengan penghasilan minim seperti dirinya, terasa sangat memberatkan. Ia sendiri mengaku tak pernah mengetahui program bantuan pendidikan yang dirancang pemerintah melalui rintisan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk siswa SMA yang akan mulai dilaksanakan pada tahun 2012 mendatang.

Ia pun mengaku tidak pernah mengetahui berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah. Seperti misalnya rintisan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa jenjang SMA yang mulai dijalankan pada tahun depan.

"Saya belum jompo. Demi sekolah anak, saya akan terus bekerja. Anak saya harus bernasib lebih baik, saya harus bisa melebarkan yang sempit dan meringankan yang berat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com