Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMK Membutuhkan Keberpihakan Kebijakan

Kompas.com - 05/01/2012, 10:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pusat dan daerah semestinya menghargai dan mendorong inisiatif dan kreativitas siswa-siswa sekolah menengah kejuruan, seperti perakitan mobil di Solo, Jawa Tengah. Perlu keberpihakan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan SMK.

Salah satu yang bisa dilakukan pemerintah adalah menciptakan lingkungan kondusif demi perkembangan kreativitas. ”Karya anak bangsa ini harus diapresiasi. Cobalah hargai. Jangan ditertawakan agar mereka tidak patah semangat,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono seusai paparan program Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat awal tahun di Jakarta, Rabu (4/1).

Pada konteks mobil rakitan, para siswa SMK justru harus diajari cara membuat mobil dengan kualitas lebih baik dan terjamin keamanannya.

Secara khusus, Agung berharap karya siswa-siswa SMK itu bisa diproduksi massal dan sesuai prosedur melalui kerja sama dengan kalangan industri dan investor.

Di tempat terpisah, Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno mengaku, 33 SMK perakit komponen mobil siap bermitra dengan industri asalkan ada kebijakan yang berpihak pada pengembangan SMK. Kebijakan yang diharapkan itu antara lain impor suku cadang dengan pembebasan pajak, termasuk impor barang kapital.

”Harus ada semangat tidak lagi beli barang sudah jadi, tetapi beli alat untuk produksi. Di SMK sudah diberlakukan beli komponen saja dan tidak beli barang jadi,” kata Joko.

Siap 1.000 mesin

Proses perakitan mobil SUV Kiat Esemka, lanjut Joko, sudah dimulai tahun 2007. Tahun 2010 bertemu dengan mitra industri, lalu terbentuklah mobil Kiat Esemka. SMK sebagai institusi pendidikan tetap tidak bisa sendiri dan perlu bermitra dengan industri.

”SMK tetap tempat untuk menghasilkan sumber daya manusia, bukan pabrik mobil. Yang kami kembangkan adalah produksi di banyak titik SMK dan dikumpulkan di SMK Integrator. Sekarang sudah siap 1.000 mesin yang tinggal dimanfaatkan untuk kendaraan apa pun,” katanya.

Guru Bidang Elektronika dan Industri di SMKN 4 Jakarta, Agus Martoyo, juga mengakui bahwa SMK tidak mungkin berdiri sendiri. Mereka membutuhkan bimbingan dan pendampingan intensif dari industri.

Apalagi, semua komponen disuplai industri. SMKN 4 Jakarta terlibat dalam perakitan mobil SUV Kiat Esemka dengan merakit komponen mesinnya.

Agus menyayangkan pemerintah yang belum mendukung sepenuhnya produksi anak bangsa. Pemerintah seharusnya bisa mencontoh China dan Malaysia yang mendorong produksi dalam negeri dengan memberi banyak insentif. ”Kalau SMK dijembatani industri, kami siap produksi massal,” katanya.

Agung Laksono menegaskan, seluruh komponen mobil SMK harus lolos uji kelayakan. ”Kalau mobilnya murah dan teruji baik, apa salahnya mobil-mobil dinas pemerintah nanti beli di SMK,” katanya. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com