Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IKJ: Perombakan ISI Terasa Aneh

Kompas.com - 01/02/2012, 09:24 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menanggapi rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan merombak Institut Seni Indonesia menjadi Institut Seni dan Budaya Indonesia, Wakil Dekan III Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Lucky Wijayanti menilai ada kejanggalan dalam rencana tersebut.

Ia mengatakan, jika tujuan digabungkannya budaya dalam ISI untuk mencetak sarjana budaya yang terkonsep, itu terasa aneh karena baginya budaya terus berkembang secara alamiah di setiap daerah. Ia mengaku khawatir kebudayaan nantinya akan kehilangan sentuhan keanekaragaman jika kurikulum dalam ISBI disamaratakan oleh pemerintah pusat.

"Buat kita, penggabungan itu terkesan aneh. Karena prinsipnya budaya itu tumbuh dan berkembang secara alami di daerah-daerah, bukan diatur, dan disamakan menjadi umum, bukan itu," kata Lucky kepada Kompas.com, Selasa (31/1/2012), saat ditemui di IKJ.

Ia menguraikan, pendidikan tumbuh di tempat yang terjadi pembelajaran. Jika semua kurikulum pendidikan kebudayaan berpusat di pemerintah, nantinya akan melahirkan sarjana kebudayaan yang sama.

"Di mana letak keberagamannya kalau semua dikotak-kotakkan seperti itu. Budaya itu tumbuh alamiah yang dilakukan secara simultan. Tapi kalau belajar setelah selesai, ya, sudah," ujarnya.

Selain itu, kata dia, keanehan lain tampak dari keinginan pemerintah untuk mencetak budayawan melalui proses akademik. Karena, menurut Lucky, seharusnya pemerintah bisa memasukkan kurikulum kesenian dan kebudayaan di jenjang pendidikan sebelumnya.

Dikatakannya, selama ini kurikulum kesenian di sekolah hanya disajikan dalam waktu yang sangat terbatas. Itupun hanya sebatas pelajaran menggambar dan bukan pelajaran budaya. "Kalau mau, harusnya dirombak dari awal. Berikan pendidikan seni dan budaya yang benar, bukan seni dan budaya yang direkayasa," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com