Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahanan Pangan Semakin Kritis

Kompas.com - 08/02/2012, 04:43 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tidak mudah meningkatkan produksi pangan dunia hingga 60 persen dari produksi saat ini ke tahun 2045 di tengah perubahan iklim dan masalah dunia lainnya.

Oleh karena itu, Presiden menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, baik pemerintah, swasta, peneliti, petani, maupun pelaku industri pangan, dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

Presiden menyampaikan hal itu saat membuka seminar dan pameran pangan nasional bertema ”Jakarta Food Security Summit, Feed Indonesia Feed The World 2012”, Selasa (7/2) di Jakarta.

Kegiatan itu digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia dalam rangka menyinergikan langkah pemangku kepentingan guna memperoleh terobosan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, sekaligus menjadi negara pemasok pangan dunia.

Seruan menjadi pemasok dunia ini dilakukan pada saat sejumlah sentra produksi beras di Tanah Air mengalami banyak masalah yang bisa mengganggu produksi padi.

Hadir pada kesempatan itu jajaran menteri perekonomian, para pengusaha, dan Asisten Direktur Jenderal dan Perwakilan FAO Regional untuk Wilayah Asia Pasifik Hiroyuki Konuma.

”Mari kita bersatu mengatasi masalah ketahanan pangan ini seraya mencari peluang baru untuk mengembangkan ketahanan pangan dunia, termasuk pengembangan bisnis di bidang pangan,” katanya.

Presiden menegaskan, permintaan pangan akan terus naik karena penduduk bertambah. Kelompok masyarakat kelas menengah juga bertambah, yang mendorong peningkatan konsumsi pangan yang didorong oleh peningkatan daya beli. ”Orang yang cerdas selalu melihat tantangan sebagai peluang. Kalau di satu sisi ada kekurangan pangan, itu ada peluang, ada ruang untuk memproduksi sesuatu sehingga bisa menyerap tenaga kerja, meningkatkan daya beli, sehingga kebutuhan pangan masyarakat bisa dipenuhi,” katanya.

Lebih lanjut Presiden menyatakan, pihaknya mengetahui ada inovasi yang dilakukan dunia usaha bersama peneliti dan para inovator untuk membuat mi instan, bukan dari bahan baku tepung terigu, melainkan dari tepung singkong atau kasava. Hal ini merupakan peluang, termasuk dalam menekan konsumsi beras.

Wakil Ketua Kadin Bidang Agribisnis Pangan dan Peternakan Franky O Wijaya mengatakan, pengembangan pertanian skala kecil di Indonesia merupakan kunci utama mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com