Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Mahasiswa Harus Tentukan Profesi

Kompas.com - 27/03/2012, 15:44 WIB

Kompas.com — Mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengingatkan mahasiswa untuk mulai memilih jalur profesi yang akan ditekuninya, seiring era persaingan yang kian ketat dan berkaitan dengan tugas memajukan bangsa.

"Mahasiswa harus memilih profesi apa yang akan ditekuninya. Ini tidak bisa dilakukan dengan cuma bicara, cuma demo," katanya saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Pemuda, Mahasiswa, dan Pembangunan Nasional" di Universitas Diponegoro Semarang, Selasa (27/3/2012).

Kalla menyebutkan, setidaknya ada tiga jalur profesi yang ada, yakni profesional, birokrat, dan wirausaha, yang salah satunya harus dipilih sesuai kemampuan yang dimiliki dan keinginan untuk menekuni profesi tersebut.

Menurut dia, peran pemuda dari waktu ke waktu berbeda-beda, seperti era tahun 1945 yang membuat pemuda berjuang merebut kemerdekaan, kemudian era 1950-1960 lapangan pekerjaan di bidang birokrasi banyak terbuka.
      
"Pada era 1960, lapangan pekerjaan di bidang birokrat terbuka, tidak harus menempuh pendidikan sarjana. Sebab, saat itu sarjana memang masih sedikit," kata JK yang pernah menjabat sebagai Menteri Koodinator Kesejahteraan Rakyat.
       
Ia mendorong mahasiswa untuk menjadi entrepreneur, mengingat peluang untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau birokrat sekarang ini sempit karena sudah terlampau banyak lulusan sarjana.
      
"Sekarang ini lowongan PNS setiap tahun berkisar 150.000 orang untuk lulusan SMA sampai sarjana, bagi lulusan sarjana paling tersedia 25.000 kursi. Sementara setiap tahun lulusan sarjana mencapai satu juta orang," paparnya.
      
Untuk menjadi seorang entrepreneur, kata dia, yang diperlukan adalah semangat, kemauan, dan berani menanggung risiko, tidak ada hubungannya untuk menjadi entrepreneur harus sekolah tinggi-tinggi.
      
Akan tetapi, kata dia, jangan dilupakan juga peran kalangan profesional yang harus terus mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
      
"Siapa yang tidak mampu mengikuti perkembangan iptek sudah pasti tertinggal sebab iptek berkembang sangat cepat, misalnya di bidang engineering," tuturnya.
      
Ia mencontohkan, perkembangan ilmu di bidang keahlian teknik berkembang 100 persen tiap lima tahun, ilmu kedokteran berkembang 100 persen setiap tiga tahun, dan ilmu teknologi informasi berkembang dua kali lipat setiap 18 bulan.
     
"Karena itu, kuncinya untuk menuju perubahan lebih baik memerlukan upaya meningkatkan nilai tambah, nilai tambah diperoleh melalui pengembangan teknologi, dan teknologi berkembang melalui pendidikan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com